Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUASANA ruang operasi reaktor nuklir Batan di Kompleks Puspitek Serpong, Tangerang, Ja-Bar, hari-hari belakangan ini tampak serius. Perhatian tertumpu pada sebuah kolam berbentuk silinder, tempat reaksi nuklir akan berlangsung. "Kami akan mencoba memasukkan delapan pelat uranium. Mudah-mudahan kami bisa mencapai titik kritis minggu ini," ujar Sutaryo Supardi, M.Sc., Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan Industri Nuklir Batan, Senin pekan ini. Tercapainya titik kritis berarti reaksi berantai nuklir telah berlangsung: elemen bakar dalam reaktor telah memijarkan neutron melampaui pancaran neutron yang diumpankan. Persiapan fisik pada reaktor itu tampak cukup memadai, ada sistem pengendali radiasi, sistem pendingin, dan perangkat pengaman dalam konstruksi bangunan yang kukuh. Ada dua lapis pintu besi untuk masuk ke ruang reaktor pada lantai dasar. Ir. Bakri Arbie memijit sebuah tombol dekat pintu pertama. Beberapa saat kemudian, lampu hijau di atas daun pintu berkedip-kedip, isyarat bahwa pintu tak lagi terkunci. Tak mudah menguak pintu besi bercat abu-abu ini. Untuk membuka pintu ini, "diperlukan paling tidak dua orang dewasa," ujar Bakri, Kepala Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG) Batan di Serpong. Engsel pintu karatan? Tidak. Tekanan udara luar, "satu setengah milibar lebih tinggi dibanding ruang reaktor," kata Bakri. Maka, pintu besi itu bagai ditarik sebuah pegas agar tetap merapat pada dinding ruang reaktor. Memang tekanan udara di dalam ruang reaktor itu selalu dibuat lebih rendah dibanding tekanan luar. Ini demi keselamatan operasi. Kalau terjadi kecelakaan, kebocoran umpamanya, bukan udara dalam ruang reaktor yang mengalir keluar, tapi udara luar yang mengalir ke dalam. "Dengan begitu, materi yang ada dalam ruang akan tetap terisolasi," kata Bakri Arbie, alumnus Fisika Teknik ITB tahun 1972 ini. Reaktor nuklir Batan di Serpong itu akan resmi mulai beroperasi 20 Agustus nanti. "Presiden yang akan meresmikan," ujar Dirjen Batan, Djali Ahimsa. Dana sebesar Rp 154 milyar, sejak 4 tahun silam, dicadangkan untuk proyek reaktor di atas tanah 9 ha itu. Kendati 3 bangunan pelengkap belum selesai dikerjakan, kegiatan pernukliran tahap pertama bisa diselenggarakan. Kapasitas radiasi reaktor Serpong ini 100 kali lebih tinggi dibanding reaktor nuklir yang telah ada di Bandung. Reaktor itu ditempatkan pada sebuah gedung setinggi 38 meter, bercat abu-abu, tanpa jendela. Bangunan ahu abu yang hampir berbentuk kubus itu diapit oleh dua gedung bantu yang berdinding warna merah bata. Tempat reaksi nuklir itu sendiri berupa sebuah kolam air, berbentuk silinder berdiameter 5 meter, setinggi 13 meter. "Tabung reaksi" itu dibangun di atas tanah, dengan dinding terbuat dari beton bercampur batuan Hematit yang kaya oksida besi. Di dasar tabung itu terdapat pelat yang berongga-rongga dan membentuk konfigurasi matriks 10 X 10. Pelat berongga ini disebut teras reaktor. Pada rongga-rongga itu elemen bakar uranium "dibakar" untuk menghasilkan radiasi neutron. Reaktor ini akan mencapai tingkat optimum jika pada teras itu dipasang 40 pelat uranium. Pada keadaan tersebut, reaktor itu mampu menghasilkan pancaran setinggi 2.10 neutron per cm per detik. Fluks neutron sebanyak itu setara dengan daya sebesar 30 MW. "Tapi kami bisa mengatur fluks sampai tingkat yang kami kehendaki, bisa setengahnya, atau seperempatnya" kata Bakri Arbie, sambil menunjuk pada sistem pengendali reaktor. Elemen bakar yang digunakan PRSG Serpong berupa uranium oksida aluminium (U3 O8 Al), yang diperkaya dengan Uranium-235 sampai 20%. Elemen bakar itu berharga Rp 50 juta per pelat, yang berbentuk batang sepanjang 60 cm. Rangsangan tembakan neutron dari bahan californicum atas elemen bakar itu akan menghasilkan reaksi berantai. Hasilnya: uranium itu menjalani proses fisi, peleburan, dengan menghamburkan neutron dan panas. Untuk mengendalikan pancaran neutron dan panas itulah reaksi berantai tersebut dibenamkan pada dasar tabung raksasa itu. Air murni pada kolam itu berfungsi sebagai penyerap panas -- tameng radiasi -- sekaligus mengendalikan laju reaksi agar tak terlalu kencang. Air bebas mineral dalam tabung raksasa itu diputar melalui pipa sirkulasi untuk pendinginan. Tanpa pendinginan, suhu air akan terus meningkat. Pipa sirkulasi ini melewati sebuah ruang pemindah panas. Di situ pipa aluminium setebal hampir 1 cm itu diguyur dengan air dingin. Suhu air kolam yang 45C itu bisa dipaksa turun menjadi 35C. Neutron yang dihasilkan reaktor bisa dipakai untuk bermacam-macam hal. "Maka, kami namakan Reaktor Serba Guna," kata Sutaryo Supardi. Untuk membuat bom atom? "Tidak. Reaktor ini didesain bagi penelitian nuklir perdamaian," ujar Dirjen Batan, Djali Ahimsa. Maksud damai itu, umpamanya saja, bisa berupa isotop untuk penelitian faali kedokteran atau pertanian. Sebut saja Iod-125, yang biasa dipakai untuk penelitian hormonal. Bahan beradioaktif rendah ini bisa dibuat di Serpong, dari gas Xe-124 yang dihujani neutron. Semikonduktor, primadona teknologi komputer, bisa diangkat dari PRSG Batan. "Iradiasi neutron pada silikon bisa berubah menjadi fosfor, yang bisa dipakai menjadi semikonduktor yang istimewa," tutur Bakri Arbie. Penelitian dasar PLTN pun bisa dilakukan di reaktor ini. Soal limbah rupanya telah diperhitungkan. Elemen bakar yang telah loyo, misalnya, tak bakal dibuang ke sembarang tempat. Untuk sementara, limbah itu disimpan dalam kolam sedalam 6 m, yang berdampingan dengan kolam reaktor. Limbah lain, padat atau cair, sejauh dianggap limbah berbahaya, akan disimpan dalam ruang bawah tanah. Kalau ruang bawah tanah penuh? "Di sini nanti ada instalasi pengoah limbah," kata Sutaryo Supardi. Kata Deputi Batan itu, limbah padat dan cair -- setelah dipekatkan lewat penguapan -- nantinya akan dimasukkan dalam tong beton sebelum dibuang. Entah ke mana. Putut Tri Husodo (Biro Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo