Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Viral Aphelion Penyebab Suhu Dingin Indonesia, Ini Kata Astronom

Anggapan aphelion menyebabkan suhu bumi mendingin dinilai astronom tidak benar, bahkan tidak ada hubungannya.

7 Juli 2018 | 09.35 WIB

Dua orang warga menggunakan payung melintas di samping seorang buruh yang melindungi dirinya dari guyuran air hujan menggunakan terpal plastik, di kawasan jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, 5 Desember 2016. BMKG memprediksi hujan lebat disertai petir akan melanda Indonesia hingga awal 2017, serta menghimbau masyarakat untuk berhati-hati terhadap dampak yang ditimbulkan dalam menghadapi cuaca ekstrem. TEMPO/Imam Sukamto
Perbesar
Dua orang warga menggunakan payung melintas di samping seorang buruh yang melindungi dirinya dari guyuran air hujan menggunakan terpal plastik, di kawasan jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, 5 Desember 2016. BMKG memprediksi hujan lebat disertai petir akan melanda Indonesia hingga awal 2017, serta menghimbau masyarakat untuk berhati-hati terhadap dampak yang ditimbulkan dalam menghadapi cuaca ekstrem. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Kondisi sejumlah daerah di Indonesia seperti Bandung dan Dieng terasa lebih dingin dari biasanya, bahkan hingga membuat embun jadi es, telah dikaitkan dengan posisi Bumi yang sedang jauh dari matahari atau dikenal sebagai aphelion. Namun, hal itu dibantah penggiat astronom.

Baca: Suhu Udara Menurun Akibat Aphelion? Ini Penjelasan BMKG
Baca: Viral Suhu Dingin karena Aphelion, Ini Penjelasan Lapan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Tidak ada hubungannya dengan aphelion, karena perubahan jarak matahari ke bumi tidak terlalu signifikan mempengaruhi suhu permukaan bumi," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, Sabtu, 7 Juli 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bantahan serupa juga disampaikan penggiat astronomi di Bandung, Avivah Yamani. Lulusan Astronomi ITB itu mengatakan, anggapan aphelion menyebabkan suhu bumi mendingin tidak benar, pun tidak ada hubungannya.

Meskipun berada pada titik terjauh dari matahari, tidak berarti memberi pengaruh pada suhu di bumi. "Perubahan temperatur di bumi justru dipengaruhi oleh distribusi panas di bumi akibat perubahan tahunan posisi matahari," kata Avivah.

Setiap bulan Juli, bumi berada pada posisi terjauh dari matahari sesuai bidang edarnya yang berbentuk elips. Posisi itu di dunia astronomi disebut sebagai aphelion. Isu yang berkembang sekarang, aphelion dipercaya sebagai penyebab suhu dingin 6 Juli 2018 hingga turun drastis di beberapa daerah di Indonesia.

Suhu udara, menurut Thomas Djamaluddin, dipengaruhi oleh distribusi panas di bumi akibat perubahan tahunan posisi matahari. Saat ini matahari berada di belahan utara, sehingga belahan selatan mengalami musim dingin. Tekanan udara di belahan selatan lebih tinggi daripada belahan utara.

Akibatnya angin bertiup dari selatan ke utara. Angin ini pula yang mendorong awan menjauh ke utara sehingga di Indonesia mengalami musim kemarau.

Di Indonesia pada musim kemarau saat ini angin bertiup dari arah Australia yang sedang musim dingin. "Itu sebabnya masyarakat di Jawa pada saat ini mengalami udara yang dingin," katanya.

Fenomena aphelion bersamaan dengan masuknya musim kemarau di Indonesia. Tony Agus Wijaya, Kepala Stasiun Geofisika Bandung Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, menjelaskan penyebab perbedaan suhu siang dan malam di musim kemarau ini.

Menurutnya, cuaca yang umumnya cerah di siang hari membuat sinar matahari tidak terhalang awan untuk sampai ke permukaan bumi. "Sehingga terasa siang hari lebih terik dan suhu terasa lebih panas," katanya.

Kemudian saat malam hari, sebagian besar sinar matahari yang mengenai permukaan bumi terpantulkan kembali ke angkasa. Pemantulan itu langsung tanpa terhalang awan, karena langit cerah dan hanya sedikit awan. "Sehingga saat dini hari terasa lebih dingin," ujar Tony.

Selain itu ada faktor lain. Tiap musim kemarau, angin dominan bertiup dari arah timur atau benua Australia. Angin itu membawa udara dingin. "Saat ini musim kemarau 2018 umumnya normal, tetapi ke depan ada potensi gangguan cuaca jangka pendek yang menyebabkan hujan durasi singkat di musim kemarau," ujarnya.

Simak artikel lainnya tentang aphelion di kanal Tekno Tempo.co.

 

Anwar Siswadi (Kontributor)

Anwar Siswadi (Kontributor)

Kontributor Tempo di Bandung

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus