Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) meragukan klaim ramah lingkungan yang disematkan pada kereta otonom tanpa rel atau Autonomous Rail Transit (ART) yang akan meluncur di jalanan inti Ibu Kota Nusantara (IKN). Manajer Kampanye Tata Ruang dan Infrastruktur, Dwi Sawung, mengatakan kereta model trem yang akan diuji jalan mulai Agustus nanti tetap menghasilkan emisi karbon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Untuk memindahkan orang, keluarga, dan pembangunan saja sudah tinggi emisinya" kata Sawung kepada Tempo, Selasa, 30 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menganggap perencanaan kereta otonom IKN tersebut tidak matang. Menurut Sawung, pemerintah belum menjelaskan jenis konsumen yang disasar oleh proyek sepur tanpa rel tersebut. Transportasi itu kemungkinan untuk mobilitas pegawai dan akses pemukiman dan perkantoran. Namun, bisa saja untuk kebutuhan lain.
"Kalau belum jelas, tidak bisa diklaim lebih rendah emisinya," tutur dia.
Kementerian Perhubungan sebelumnya mengumumkan akan menerapkan sistem tiket gratis kepada penumpang dalam masa uji coba sepur tanpa rel tersebut. Sistem tiket cuma-cuma akan berlaku hingga Desember 2024.
Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, mengatakan uji coba trem otonom digarap bersama perusahaan cina. Angkutan itu akan melaju di jalan dengan marka khusus yang telah dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
“Kerja sama dengan perusahaan Cina. Mereka memberikan layanan gratis, sementara kita menyediakan jalan, juga marka jalan,” kata Menteri Budi dalam keterangan resmi, Selasa, 30 Juli 2024.
Dia menyebut armada kereta atau rolling stock trem otonom sudah tiba di Balikpapan. Terdapat dua dua rangkaian kereta atau trainset, masing-masing terdiri dari tiga gerbong. Trem otonom akan berputar melalui Jalan Sumbu Kebangsaan sisi barat dan sisi timur di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN. Rangkaian kereta ini memiliki waktu tunggu atau headway selama lima menit.
Budi Karya menyebut kereta otonom sebagai lompatan teknologi baru dalam dunia transportasi di Indonesia. Moda ini beroperasi dengan baterai dan dipandu dengan marka jalan yang dilengkapi sensor. Kendaraan ini digadang-gadang ampuh untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan energi fosil.