TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Joko Driyono membenarkan bahwa ia tertera sebagai pemilik saham mayoritas di
Persija Jakarta. Namun, namanya hanya dipakai sebagai bagian dari upaya PSSI untuk menyelamatkan klub tersebut.
Selama ini, Persija dipegang oleh satu pemilik saja. Dengan masuknya PSSI, dalam hal ini Joko Driyono, struktur ini akan berubah untuk ke depannya. "Banyak klub kita butuh upaya transformasi yang sangat sistematis dan proporsional. Untuk menyongsong profil klub yang benar-benar kita cita-citakan," kata JokDri, sapaan akrabnya, saat dihubungi
Tempo, Kamis, 7 Maret 2018.
Menurut Joko, dua hal yang perlu perlahan diubah dalam manajemen klub sepak bola di Indonesia adalah terkait kepemilikan (ownership) dan struktur manajemen. Saat ini, banyak klub yang masih bertahan dengan mengandalkan satu pemegang saham utama saja.
Persija Jakarta saat ini diketahui oleh tiga pemegang saham, yakni Yayasan Persija Muda (5%), PT Persija Jakarta Hebat (15%), dan PT Jakarta Indonesia Hebat (80%).Nah Joko Driyono adalah pemegang saham mayoritas di PT Jakarta Indonesia Hebat, mencapai 95 persen.
Joko berkata sebelum ia masuk, pada 2017, Persija dimiliki satu pihak saja."Jadi saya masuk layaknya men-
drive proses ini agar Persija migrasi dari struktur kepemilikan centralized, menjadi struktur kepemilikan kolektif. Ini penting karena agar Persija tak tergantung dengan seseorang," kata dia.
Tujuan kedua Joko adalah mengubah struktur manajemen di dalam tubuh Persija. Ia ingin agar di tingkat manajemen teknis klub tak mendapat intervensi dari pihak pemegang saham. Profil klub seperti itu, yang dinilai Joko menjadi cita-cita PSSI agar bisa diterapkan di seluruh Indonesia.
Baca: Jakmania Kerap Berulah, Ketuanya Bicara Soal Etika dan Rojali
"Ini yang membuat kita mendatangkan Pak Gede (Widiade). Ia mengurus manajemen Persija untuk siap berkompetisi dan beraktivitas tanpa terganggu dengan masalah sebelumnya. Masalah hutang segalanya, kita bebaskan Pak Gede untuk urusan yang itu," kata Joko.
Proses ini, kata dia, memang baru dapat terlihat hasilnya dua hingga tiga tahun mendatang. Ia pun berencana menjual saham Persija dengan kolektif (secara terbagi) setelah nilai jual klub Ibukota itu diukur sudah layak. Saat ini, Joko menilai Persija belum memiliki nilai jual tinggi.
Wacana menjual Persija untuk menyelamatkan klub pun muncul. Joko mengaku khawatir Persija akan melangkah ke arah yang salah jika dibeli oleh sembarang pihak yang tak mengenal sepak bola. Pada 2017, Joko dan PSSI masuk lewat kepemilikan saham atas nama PT Jakarta Indonesia Hebat (PT JIH).
"Boleh dibilang itu gayung bersambut dengan pak Ferry. Saya bilang punya gagasan itu, kemudian pak Ferry dan beberapa teman lain butuh personal guarantee. Karena gagasan saya diterima, maka semacam jaminannya, nama saya dicantumkan di dalam aspek legal (sebagai pemegang saham PT JIH)," kata JokDri.
Penggunaan namanya sebagai pemegang saham, kata Joko, adalah semacam jaminan saja. Untuk membuktikan dan menunjukkan komitmennya terhadap gagasan itu, namanya harus dipakai agar stakeholder lebih percaya.
"Saat integritas dan konflik of interest ini dipertanyakan, PSSI punya code of conduct. Punya regulasi dan dapat diawasi semua, termasuk publik. Itu menurut saya, normanya demikian," kata dia.
JokDri yang saat ini mengisi jabatan Ketua sementara PSSI, mengaku langkah semacam ini bukan kali pertama dilakukan. Intervensi PSSI sebelumnya juga pernah dilakukan saat membantu Persiba Bantul, Persis Solo, hingga Arema Malang saat ditinggal PT Bentoel sebagai pemegang saham pada 2009.
Ia pun mengatakan langkah PSSI yang semacam ini masih akan dapat terjadi ke depannya. "Tak hanya Persija. Jika kami melihat ada klub yang dilihat bisa
improve, kita siap untuk menjadi partner mereka," kata
Joko Driyono.
EGI ADYATAMA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini