Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Liga Champions

Paris Saint-Germain, Sampar Albert Camus, dan Liga Champions

Paris Saint-Germain melawan Dortmund di Parc des Princes dinihari tadi yang berlangsung tertutup, tak menghalangi suporter PSG mendekati stadion.

12 Maret 2020 | 12.11 WIB

Suporter menyalakan kembang api saat bertandingnya Paris Saint-Germain melawan Les Herbiers dalam Final Piala Prancis 2018 di Stade de France, Saint-Denis, Prancis, 8 Mei 2018. REUTERS/Stringer
Perbesar
Suporter menyalakan kembang api saat bertandingnya Paris Saint-Germain melawan Les Herbiers dalam Final Piala Prancis 2018 di Stade de France, Saint-Denis, Prancis, 8 Mei 2018. REUTERS/Stringer

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan suporter klub Paris Saint-Germain F.C. (PSG) melakukan selebrasi di luar Stadion Le Parc des Princes, Paris, dinihari tadi, 12 Maret 2020, untuk merayakan keberhasilan PSG lolos ke babak perempat final Liga Champions Eropa dengan menyingkirkan Borussia Dormund.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Pada pertandingan pertemuan kedua babak 16 besar di ibukota Prancis dinihari tadi, PSG mengalahkan klub papan atas Bundesliga Jerman itu, 2-0, melalui gol dari Neymar dan Juan Bernat Velasco. Dengan demikian, juara bertahan Ligue 1 ini menang agregat 3-2 dalam dua kali pertemuan pada fase babak knock-out atau fase dengan sistem gugur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah beberapa kali gagal melewati 16 besar, sukses PSG ini sangat berarti untuk dirayakan para suporter untuk pendukungnya di tengah rasa menekan yang diakibatkan merebaknya wabah virus corona yang sudah mendunia.

Paris Saint-Germain menyampaikan pesan dukungan buat Indonesia yang mendapatkan musibah gempa dan tsunami di beberapa daerah dalam laga melawan Lyon, 7 Oktober 2018. (twitter/@PSGindonesia)

Pertandingan PSG menjamu Dortmund itu pun dilangsungkan tanpa penonton demi mencegah penularan virus corona. Tapi, hal itu tidak mencegah para supoter PSG yang terkenal militan alias suporter ultras untuk keluar dari rumah masing. Mereka yang identik dengan Parisians menghampiri kawasan luar Stadion Parc des Princes ini.

Tentang suporter Paris Saint-Germain ini, sebuah artikel di media The New European pada edisi 5 Maret 2020, menyebut mereka sebagai tontonan akbar yang paling menarik di Paris dan bukan The Folies Bergère atau Moulin Rouge.

“Saya merekomendasikan anda untuk pergi menonton di Parc des Princes ketika Paris Saint-Germain bermain di kandang. Drama yang menarik tidak perlu dicari di lapangan, tapi lihatlah di tempat penonton berdiri dan terus bernyanyi, bergerak, dalam balutan cahaya, asap, dan warna-warni merah dan biru yang menarik sepanjang 90 menit.”  

PSG menghimpun kelompok supoter besar dari merger dua klub 50 tahun lalu, yaitu Paris Football Club dan Stade Saint-Germain. Mereka memindahkan stadion kandang setelah merenovasi Parc des Princes pada 1974.

Sebagamana suporter sepak bola ternama lainnya, selalu ada saat ketika sejumlah kelompok pendukung tim membuat onar atau melakukan tindakan anarkis. Tapi, sisi gelap seperti tidak melunturkan ketenaran suporter PSG ini.

Kehadiran mereka di seputar kawasan luar Stadion Parc des Princes dinihari tadi memberikan hiburan dan mungkin juga semangat “melawan” virus corona yang membuat liga-liga di Eropa hanya seperti tinggal menunggu waktu untuk digelar tanpa penonton atau lebih malang lagi, ditunda sampai batas waktu yang tak bisa ditentukan.

Dalam kunjungan ke Stadion Parc des Princes menjelang Piala Dunia 1998 di Prancis bersama sejumlah wartawan dari Indonesia, di kawasan ini –di trem, bus, dan transportasi umum lainnya- banyak dijumpai warga keturunan Aljazair dan keturunan Afrika lainnya. Hal itu sebagaimana di antara ratusan suporter Paris Saint-Germain dinihari tadi.

Mereka berusaha terus bergembira di tengah situasi yang menekan virus corona yang mengingatkan pada Sampar, sebuah novel karangan Albert Camus yang terbit pada 1947. Camus adalah seorang penulis dan filsuf Prancis kelahiran Aljazair dan keturunan Spanyol.

Albert Camus dalam novelnya itu berusaha menggambarkan suasana Prancis pada masa itu ketika penyakit sampar menyebar pada hewan dan manusia. Semasa hidupnya, Camus juga suka bercengkarama di kafe-kafe yang berada di kawasan Saint-Germain.

Virus corona yang akhirnya menghantam semua aktivitas  pertandingan-pertandingan olahraga profesional di Eropa itu mengingatkan kepada Sampar dan Albert Camus.

Jika Paris Saint-Germain akhirnya bisa menjuarai Liga Champions Eropa untuk pertama kali sejak didanai besar-besaran oleh Qatar Sport Investmens sejak 2011, hal itu akan mendatangkan kebahagiaan sangat berarti buat Parisians di tengah situasi sulit seperti sekarang ini.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus