Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Duduk di sebuah kursi, Nicolas Stavy hanya terdiam memandangi partitur di pangkuannya. Pianis Prancis itu membiarkan penonton yang memenuhi ruang Teater Salihara, 4 November lalu, penasaran. Selama hampir lima menit Stavy hanya menyuguhkan keheningan sebelum mengejutkan penonton dengan tepukan tangan yang cukup keras. Ia kemudian menepuk-nepuk kedua telapak tangannya, menghasilkan suara yang semakin lama semakin keras.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo