Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

83 Tahun Rabindranath Tagore Wafat, Penyair Legendaris Kesusastraan India

Rabindranath Tagore seorang penyair Bengali, filsuf, dramawan, pelukis dan sastrawan terbaik sepanjang masa dalam kesusastraan modern india.

8 Agustus 2024 | 12.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 7 Agustus 1941, 83 tahun pasca wafatnya pemikir besar sekaligus sastrawan terbaik sepanjang masa dalam kesusastraan modern India Rabindranath Tagore.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikuti dari culturalindia.net, Rabindranath Tagore adalah seorang penyair Bengali India, filsuf Brahmo Samaj, seniman visual, dramawan, penulis naskah, novelis, pelukis dan komposer. Ia juga merupakan seorang pembaharu budaya yang memodifikasi seni Bengali dengan menolak batasan-batasan yang membatasinya dalam lingkup bentuk-bentuk klasik India.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada 1913, Tagore memenangi hadiah nobel sastra, disusul 1915 ia dianugerahi gelar kesatria oleh pemerintahan Inggris. Namun tiga tahun kemudian atau pada 1919 Tagore mengembalikan gelar tersebut sebagai bentuk protes terhadap pembantaian Amitsar, di mana pasukan Inggris membunuh sekitar 400 demonstran India yang memprotes kolonial hukum.

Tagore lahir pada 7 Mei 1861 dari pasangan Debendranath Tagore dan Sarada Devi di rumah besar Jorasanko di Kalkuta. Ia adalah putra bungsu dari tiga belas bersaudara. Sejak kecil, ia telah menjadi bagian dari kebangkitan Bengal. Sebab, ayahnya, merupakan seorang pemimpin Brahmo Samaj, yang diketahui sebagai sekte agama baru di Bengal pada abad ke-19. Sekte ini mencoba menghidupkan kembali basis monistik utama Hinduisme seperti yang ditetapkan dalam Upanishad.

Pendidikan tradisional Rabindranath Tagore dimulai di Brighton, Sussex Timur, Inggris, di sebuah sekolah umum. Ia dikirim ke Inggris pada 1878 karena ayahnya ingin ia menjadi seorang pengacara. Sementara itu, Rabindranath selalu membenci pendidikan formal dan tidak memiliki ketertarikan untuk belajar di sekolahnya. 

Dia kemudian terdaftar di University College di London, untuk belajar hukum. Namun, sekali lagi ia keluar dan memilih mempelajari beberapa karya Shakespeare secara otodidak. Tagore kemudian mengelola perkebunan keluarga, kegiatan itu mebawanya dekat dengan kemanusiaan dan reformasi sosial. Di samping kesustraan yang dilakoni Tagore, ia mulai berpartisipasi dalam gerakan nasionalis India menggunakan cara non-sentimental dan visioner.

Tagore  mulai menulis puisi sejak usianya baru menginjak 8 tahun dan meluncurkan karya pertama di usia 17 tahun, melalui buku sekumpulan puisi yang diterbitkan temannya sendiri. Pada 1901 Tagore mendirikan sekolah di luar Kakulta, Visva-Bharati, yang didedikasikan untuk filsafat dan pendidikan Barat-India modren. Selang 20 tahun, tepatnya di 1921 sekolah Tagore sudah menjadi sebuah universitas.

Kesuksesannya sebagai penulis bermula dari tanah kelahirannya, Bengal. Melalui beberapa puisi terjemahaan miliknya, nama Tagore mulai terkenal di Amerika Serikat. Terutama saat tulisan berjudul “Gitanjali: Song Offerings” meledak di Barat, di mana dalam tulisan ini Tagore mencoba menemukan ketenangan batin dan mengeksplorasi tema-tema tentang ketuhanan dan cinta manusia.

Tulisan-tulisan Tagore erat kaitannya dengan tradisi lirik Hinduisme Waisnawa dan konsepnya tentang hubungan antara manusia dan Tuhan. Banyak ideologi Tagore berasal dari ajaran Upahishad dan keyakinan sendiri bahwa Tuhan dapat ditemukan melalui kemurnian pribadi dan pelayanan kepada orang lain. Dia menekankan perlunya tatanan dunia baru berdasarkan nilai-nilai dan gagasan transnasional atau kesadaran persatuan.

Sepanjang hidupnya, Tagore sudah menghasilkan puisi, novel, cerita, sejarah India, buku teks, dan risalah tentang pendagogi. Manasi (1890), Sonar Tari (1894), Gitanjali (1910), Gitimalya (1914), Balaka (1916), merupakan beberapa puisi Tagore yang terasa ganjil.

Puisi Rabindranath Tagore telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris mencakup The Gardener (1913), Fruit-Gathering (1916), dan The Fugitive (1921). Beberapa drama utama ciptaan Tagore meliputi, Raja (1910), Dakghar (1912), Achalayatan (1912), Muktadhara (1922), Raktakaravi (1926). Cerpen dan novel meliputi Gora (1910), Ghare-Baire (1916), dan Yogayog (1929). Selain itu Rabindranath Tagore juga menulis drama musikal, drama tari, esai, buku harian perjalanan, otobiografi. Sebelum meninggal ia juga menghasilkan banyak karya gambar dan lukisan. Tagore wafat pada 7 Agustus 1941 di Kalkuta. 

Dinukil dari culturalindia.net, Tagore juga menulis banyak drama, berdasarkan mitologi India dan isu-isu sosial kontemporer. Ketika ia berusia 20 tahun, ia tidak hanya menulis drama Valmiki Pratibha, tetapi juga memainkan karakter tituler. Drama ini didasarkan pada perampok legendaris, Valmiki, yang kemudian melakukan reformasi dan menulis salah satu dari dua epos India - Ramayana.

Bahkan hingga usia senja, Tagore terus mengembangkan dirinya, ia mulai menggambar dan melukis ketika dia berusia sekitar enam puluh tahun. Lukisan-lukisannya dipamerkan di pameran yang diselenggarakan di seluruh Eropa dan sebanyak 102 karya seni Tagore tersimpan di Galeri Nasional Seni Modern di New Delhi. 

Menjelang akhir hayatnya, Rabindranath Tagore menghabiskan empat tahun terakhir hidupnya dalam kesakitan akibat serangan penyakit. Pada 1937, ia mengalami koma dan kemudian meninggal pada 7 Agustus 1941 di rumah besar Jorasanko yang sama tempat ia dibesarkan.

Semasa hidupnya, Rabindranath Tagore telah mengubah cara pandang terhadap sastra Bengali, ia meninggalkan kesan abadi pada banyak orang terlihat dari patung- patung Tagore yang telah didirikan di sejumlah negara, serta banyak acara tahunan yang memberikan penghormatan kepada penulis legendaris tersebut. 

Ada lima museum yang didedikasikan untuk Tagore. Tiga di antaranya berada di India, sedangkan dua lainnya berada di Bangladesh. Museum-museum tersebut menyimpan karya-karyanya yang terkenal, dan dikunjungi oleh jutaan orang setiap tahunnya.

NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI I  DELFI ANA HARAHAP

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus