Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Film

AADC 2: Mengungkap Batas-batas Rangga dan Cinta  

Film berdurasi 124 menit ini mengungkapkan rahasia apa yang terjadi selama Rangga dan Cinta terpisah cukup lama.

27 April 2016 | 23.10 WIB

Pemain film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2, Dian Sastrowardoyo (kiri) dan Nicholas Saputra, menjawab pertanyaan wartawan saat jumpa pers jelang peluncuran AADC 2 di Yogyakarta, 22 April 2016. ANTARA/Andreas Firti Atmmok
Perbesar
Pemain film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2, Dian Sastrowardoyo (kiri) dan Nicholas Saputra, menjawab pertanyaan wartawan saat jumpa pers jelang peluncuran AADC 2 di Yogyakarta, 22 April 2016. ANTARA/Andreas Firti Atmmok

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Waktu yang cukup lama bisa membantu seseorang maju meninggalkan luka, meninggalkan masa lalu. Meski bisa saja ingatan bertahan. Apa kabar dengan kisah Cinta (Dian Sastrowardoyo) dan Rangga (Nicholas Saputra) setelah empat belas tahun berlalu? Masih adakah tanda tanya seperti judul Ada Apa Dengan Cinta?

Setelah sekian purnama terlewat, semesta pun seolah mendukung pertemuan itu. Pertemuan antara Rangga dan Cinta yang berjarak ribuan kilometer antara New York dan Jakarta. Pertemuan yang—mengutip puisi Aan Mansyur yang digunakan dalam film ini—menerabas rindu yang selama ini jadi batas antara pulau dan seorang petualang gila.

Mungkin petualang gila itu Rangga. Yang menyelesaikan masa Sekolah Menengah Atasnya hingga lanjut kuliah di New York, mengikuti ayahnya. Meninggalkan Cinta di bandara dan tak kembali ke Jakarta cukup lama. Lantas apa yang membuat petualang gila itu lantas kembali? Tanda tanya yang masih berkelindan di kepalanya. Ia ingin menuntaskan hal yang dianggap belum selesai. Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi dipisahkan kata.

Siapa sangka perpisahan itu berlangsung sejak sembilan tahun lalu. Pesan yang dikira puisi romantis tiba-tiba hadir menyentak Cinta. Tapi akhirnya ia melewatinya dan mencoba babak baru dalam hidupnya. Jejak baru dan orang-orang baru. Babak yang Cinta tata pun rupanya mesti goyah. Sang pemberi puisi datang begitu saja. Cinta ingin melangkah tanpa menoleh lagi. Apa daya, masih banyak tanya hadir dalam benak Cinta selama ini sejurus dengan sekian jawaban yang Rangga miliki dan siap dia jawab.

Mungkin awalnya Cinta berupaya berpikir seperti ini, untuk tegap melangkah ke depan maka jejak di belakang perlu bisa dipastikan berakhir dengan titik, tak lagi tanda tanya. Sebagaimana orang dewasa yang coba meluruskan masalah Keduanya lantas coba menyejajar langkah tak lagi di Ibu Kota, Jakarta. Tapi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota yang lebih menyuguhkan ketenangan dan kekayaan seni seolah tepat dijadikan tempat rekonsiliasi.

Empat belas tahun sudah dari masa Cinta dan Rangga masih berseragam putih abu. Obrolan yang kadang terdengar sok dewasa bagi anak sekolahan, kini tak ada lagi. Keduanya benar-benar telah dewasa. Sang sutradara, Riri Riza masih ingin keduanya berbahasa cukup baku: saya dan kamu. Tapi tak mengurangi rasa yang masih keduanya simpan rapi, sadar tak sadar. Serba salah tingkah, luap marah dan lontar maaf, ekspresi orang jatuh cinta pada umumnya yang tak mengenal usia.

Emosi meletup, impulsif ala Cinta remaja berganti rupa. Masih ada tekanan tapi beberapa kali Cinta seolah sadar untuk tak termakan amarahnya sendiri. Atau mungkin ingat sendiri terhadap pesan yang sempat ia buat untuk Rangga dulu saat mengembalikan buku Aku-nya Sumandjaya: Bila emosi mengalahkan logika, terbukti banyak ruginya. Waktu tak menghapus angkuh dan sinisnya Rangga, tapi kini wajah dinginnya kerap beberapa kali dihias senyum yang lebih sering hadir. Rangga pun tak terlalu keras terhadap dirinya sendiri. Ia memberi ruang untuk bisa memaafkan masa lalunya sendiri. Keduanya memberi dan membuka ruang maaf. Ada ketegangan, kecewa, marah, tawa yang berkelindan, berulang.

Atau senyummu dinding di antara aku dan ketidakwarasan.

Ada Apa Dengan Cinta 2 menyuguhkan sebuah kondisi baru. Masih soal Cinta dan Rangga namun dalam spektrum lebih matang. Pemikiran jangka panjang dan rahasia-rahasia lama. Kisah ini kental drama namun tetap menghadirkan gelak lewat aksi dan celotehan Mily (Sissy Precilia), Mamet (Dennis Adhiswara) bahkan kekonyolan yang juga bisa dilakukan Cinta sendiri. Meski kadang saat berulang lucunya tak terasa sama lagi. Kemasan drama kadang tak menarik hati karena seolah pernah hadir dalam kisah lain, untungnya itu bukan jadi poin utama. Konflik-konflik yang hadir tak sepadat di cerita dulu. Ada konflik kekerasan dalam rumah tangga, bully, isu politik, semua terasa diramu padat.

Apa kabar hari ini?

Kali ini, konflik diramu beda. Isu keluarga tetap ada, politik selewat saja, utamanya tetap pada bagaimana menjernihkan segala yang samar selama ini. Nicholas Saputra sukses menghadirkan Rangga sebagai pria dengan banyak beban hidup yang tergambar di wajahnya. Karmen yang tomboy pun punya peran lebih tak hanya sebagai anak perempuan yang berani menantang untuk menghajar orang yang menyakiti sahabatnya.

Puisi yang digunakan Riri dan Mira dalam film ini lebih dalam. Menggambarkan sosok Rangga yang lebih matang. Puisi Batas karya Aan Mansyur—penyair asal Makassar—seolah merangkum seluruh inti kisah yang berlanjut setelah melewati ratusan purnama tersebut.

Lihat tanda tanya itu jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.

*kalimat bercetak miring merupakan petikan puisi Batas


Judul : Ada Apa Dengan Cinta 2
Sutradara: Riri Riza
Produser : Mira Lesmana
Skenario : Mira Lesmana dan Prima Rusdi
Pemain : Dian Sastrowardoyo, Nicholas Saputra, Adinia Wirasti, Sissy Precilia, Titi Kamal, Dennis Adhiswara, Ario Bayu
Produksi : Miles Films dan Legacy Pictures

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aisha Shaidra

Aisha Shaidra

Bergabung di Tempo sejak April 2013. Menulis gaya hidup dan tokoh untuk Koran Tempo dan Tempo.co. Kini, meliput isu ekonomi dan bisnis di majalah Tempo. Bagian dari tim penulis liputan “Jalan Pedang Dai Kampung” yang meraih penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Lulusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus