Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Action Panting Guh S Mana untuk Ayahnya

Guh S Mana kembali beraksi, berekspresi untuk meluapkan rasa rindu pada sang ayah.

8 September 2015 | 22.03 WIB

Perupa Guh S Mana melukis Misteri Ular Air di Atrium Hartono Mall Solo Baru, (10/2). Dia melukis menggunakan cat pewarna dari sayur dan buah. Guh dikenal sebagai pelukis beraliran action painting performance. Tempo/Ahmad Rafiq
Perbesar
Perupa Guh S Mana melukis Misteri Ular Air di Atrium Hartono Mall Solo Baru, (10/2). Dia melukis menggunakan cat pewarna dari sayur dan buah. Guh dikenal sebagai pelukis beraliran action painting performance. Tempo/Ahmad Rafiq

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Surakarta - Perupa asal Solo, Guh S Mana, kembali menggelar performance melalui action painting di Food Garden, Solo Paragon Mall, Senin (7/9) malam. Dia membuat lukisan di kanvas besar yang didominasi warna gelap. Performance itu menjadi semacam karya duka cita.


Perupa yang dikenal sebagai pelukis dengan teknik tidak lazim itu belum genap sebulan ditinggal ayahnya, sosok yang mengenalkan dia dengan dunia seni rupa.


Guh membuka performance melalui sebuah atraksi sekelompok pemusik yang memainkan tetabuhan kendang tradisional Makassar. Musik perkusi itu dikolaborasikan tiupan seruling yang dimainkan musisi Solo, Gondrong Gunarto.


Dengan bertelanjang dada, Guh memasuki tempat pentas, sembari membawa ember berisi cat minyak. Dia menghampiri kanvas besar yang dibentangkan. Torehan pertama cat diatas kanvas diiringi raungan knalpot motor gede (moge).


Hendra Pamudja, ayah Guh, yang meninggal bulan lalu, seorang penggemar moge. Hal itu menjadi alasan bagi Guh mengajak sejumlah penggemar moge ikut ambil bagian dalam karyanya itu.


Sekitar 30 menit tubuh Guh bergerak seperti menari sembari menyaputkan tinta ke permukaan kanvas, tanpa kuas. Dia menorehkan tinta dengan kedua telapak tangannya. Sesekali, menggunakan sapu lidi untuk menggantikan kuasnya.


Dia membuat lukisan abstrak melalui garis-garis vertikal dan horisontal yang tidak simetris dengan warna putih. Di sekelilingnya terdapat semacam awan dengan warna hitam pekat. Garis vertikal dan horisontal itu menjadi tema utama performance bertajuk Transire itu.


Lukisan itu sebenarnya semacam replika dari lukisan ayahnya, yang juga dipajang dalam pentas itu. "Lukisan ini menggambarkan sebuah harmonisasi antara humanis dengan spiritual," katanya.


Menurut dia, Transire merupakan ekpresinya untuk meluapkan rasa rindunya kepada sang ayah, sosok yang mengenalkan dengan dunia seni rupa. Guh jatuh cinta dengan hobi melukis, hobi yang juga digeluti sang ayah.


Dalam pentas itu, Guh juga memamerkan lukisan berjudul Fine Quality. Adalah lukisan abstrak seorang pria setengah telanjang, dengan kemaluan menyembul di antara secarik kain cawatnya.
Kemaluan itu berujud sebuah tube kemasan cat minyak. "Bagi keluarga kami, cat ini merupakan barang vital," katanya. Kepuasan dalam membuat karya lukisan bagaikan sebuah orgasme.


Selama ini, Guh dikenal sebagai perupa yang mendalami action painting. Lulusan Institus Seni Indonesia (ISI) Solo itu pernah menggelar aksi melukis di dalam air. Dia juga pernah melukis dengan pewarna jus buah. AHMAD RAFIQ

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LN Idayanie Yogya

LN Idayanie Yogya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus