Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Film

Berita Tempo Plus

Problem Kelas dan Permainan Maut

Setelah Parasite, industri film Korea Selatan kembali menyajikan problem ketimpangan kelas dalam Squid Game. Menciptakan euforia, menjadi salah satu serial Netflix terlaris.

9 Oktober 2021 | 00.00 WIB

Game Red Light Green Light dalam Squid Game. Netflix
Perbesar
Game Red Light Green Light dalam Squid Game. Netflix

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Sebuah film serial tentang permainan maut yang mendebarkan

  • Squid Game menciptakan euforia

  • Salah satu serial terlaris yang tayang di Netflix

“PERMAINAN macam apa ini? Beberapa mendapat yang mudah, sedangkan yang lain mendapat yang susah?” kata seorang peserta permainan Squid Game dengan berteriak. Dia terang sudah kalah. Pucuk bedil sudah mengincar kepalanya. Hidupnya bakal berakhir dalam hitungan detik di tangan manusia berjubah merah jambu yang mengenakan topeng. Hanya karena tak bisa membuat bentuk payung dari permen gulali, si peserta harus dibunuh. Nasibnya tak mujur bila dibandingkan dengan peserta lain yang bisa melenggang karena tugasnya relatif lebih mudah.

Pernyataan si peserta menjadi salah satu dari banyak adegan yang mengusik penonton Squid Game, serial yang tayang di Netflix sejak September lalu. Dia seolah berbicara kepada kita tentang garis hidup. Tentang mereka yang mempunyai jalan lebih mudah pada kesuksesan, sedangkan sebagian lainnya sampai harus mempertaruhkan nyawa demi bertahan. Squid Game membuat luka di pikiran kita dengan gambaran masyarakat yang tak setara secara sosial dan ekonomi, juga bagaimana situasi itu melahirkan kengerian yang brutal.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Isma Savitri

Setelah bergabung di Tempo pada 2010, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro ini meliput isu hukum selama empat tahun. Berikutnya, ia banyak menulis isu pemberdayaan sosial dan gender di majalah Tempo English, dan kini sebagai Redaktur Seni di majalah Tempo, yang banyak mengulas film dan kesenian. Pemenang Lomba Kritik Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 dan Lomba Penulisan BPJS Kesehatan 2013.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus