Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Film Everyday is a Lullaby berhasil lolos seleksi Busan International Film Festival atau Festival Film Busan 2020. Film diproduseri oleh John Badalu itu menjadi satu-satunya film Indonesia yang akan tayang perdana di festival terbesar dan paling bergengsi di Asia.
"Kita submit filmnya secara official ke mereka. Lolos dari tahap pra-seleksi, masuk ke tahap seleksi cuma karena ini kuota film yang mereka putar itu terbatas, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, berkurang setengahnya jadi kompetisinya lumayan ketat, kita juga ketar-ketir terhadap hasilnya," kata John Badulu dalam konferensi pers virtual yang digelar pada Kamis, 17 September 2020.
Film bergenre drama itu akan diputar dalam program A Window on Asian Cinema bersama 31 film Asia lainnya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah film tahun ini hanya sebanyak 192 film dari 68 negara dan akan ditayangkan satu kali selama festival berlangsung.
Everyday is a Lullaby diproduksi sejak 2016 dan baru dirilis tahun ini. Naskah skenarionya ditulis oleh Ilya Sigma, disutradarai oleh Putrama Tuta, dan diproduksi oleh The United Team of Art (TUTA) Films. Everyday is a Lullaby dibintangi oleh Anjasmara Prasetya (Rektra), Fahrani Pawaka Empel (Marissa), dan Raihaanun (Shakuntala).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Anjasmara Prasetya berperan sebagai Rektra dalam film Everyday is a Lullaby. Istimewa
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Film ini dibangun untuk menciptakan berbagai sudut pandang. Para aktor tidak hanya dituntut untuk berakting dan berubah menjadi sebuah karakter, tetapi untuk memainkan, mengisolasi karakter tersebut dan menyampaikannya dengan cara yang paling jujur untuk mengungkapkan kebenaran dari situasi yang diciptakan oleh pikiran," kata Tuta.
Anjasmara sebagai pemeran utama mengaku terkejut ketika mengetahui film Everyday is a Lullaby akan ditayangkan di Busan International Film Festival. Butuh waktu sebulan bagi Anjasmara untuk mendalami karakter Rektra dalam film ini. Selama proses syuting, Anjasmara hanya melakukan sesuai dengan keinginan dari sutradara. Namun ada hal tidak biasa yang dirasakan oleh Anjasmara terhadap karakternya di film ini.
"Setiap kali ditanya perihal karakter dan film ini saya deg-degan sampai detik ini, gak tahu kenapa. Ketika saya disangkutin sama nama itu saya selalu deg-degan, tangan dan kaki dingin, bingung mau ngapain," kata Anjasmara.
Everyday is a Lullaby berkisah tentang seorang penulis yang sekarat yang mencoba menulis karyanya dan menyadari bahwa ia telah mati dan hidup di dalam ceritanya. Bagi Putrama Tuta, atau akrab disapa Tuta, film ini berbicara mengenai hubungan manusia dengan dirinya dalam melawan rasa takut dengan menggunakan imajinasi tanpa batas, mendobrak ruang dan waktu demi mencari jalan pulang yang terbaik.
Everyday is a Lullaby yang berdurasi 81 menit itu tidak direncanakan untuk rilis secara komersial dan hanya akan tayang di festival-festival film di dalam dan luar negeri. Trailer film Everyday is a Lullaby dapat disaksikan di kanal YouTube The United Team of Art yang sudah diunggah sejak Rabu, 16 September 2020.
MARVELA