Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Film

Film Humba Dreams Tayang Perdana di Yogyakarta, Diputar Terbatas

Film Humba Dreams meraih CJ Entertainment Award di Asian Project Busan International Film Festival pada 2017.

28 Juli 2019 | 13.17 WIB

Pemutaran film Humba Dreams karya Sutradara Riri Riza di Empire XXI Yogyakarta, Sabtu 27 Juli 2019. TEMPO | Shinta Maharani
Perbesar
Pemutaran film Humba Dreams karya Sutradara Riri Riza di Empire XXI Yogyakarta, Sabtu 27 Juli 2019. TEMPO | Shinta Maharani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Rumah produksi Miles Films memutar film Humba Dreams secara perdana di Bioskop XXI Yogyakarta, Sabtu, 27 Juli 2019. Film ini bercerita tentang Sumba dan kepercayaan Marapu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Film Humba Dreams diputar secara terbatas pada Sabtu, 27 Juli 2019. Kemudian di akhir pekan depan, Sabtu - Minggu, 3 - 4 Agustus 2019, film Humba Dreams ditayangkan untuk umum di kota yang sama dalam rangkaian acara Festival Film Asia Jogja - NETPAC atau JAFF.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Humba merupakan sebutan untuk Sumba dari masyarakat Nusa Tenggara Timur. Film Humba Dreams mengangkat ritual kematian dalam kepercayaan lokal Marapu sebagai peristiwa penting dan utama dalam kehidupan masyarakat Sumba.

Masyarakat Sumba memberikan penghormatan kepada anggota keluarga yang meninggal sebagai bagian dari pusat kehidupan mereka. "Penghormatan dilakukan melalui serangkaian ritual yang pantas untuk orang tua, nenek, kakek yang meninggal," kata sutradara film Humba Dreams, Riri Riza.

Tradisi itu berhadapan dengan modernisasi seiring dengan perkembangan zaman. Konsumerisme, sampah, dan kesulitan ekonomi. Riri Riza juga memasukkan persoalan pelik yang Sumba hadapi, yakni buruh migran perempuan.

Sutradara Riri Riza dan produser film Humba Dreams memberikan keterangan pers di Yogyakarta, Sabtu 27 Juli 2017. TEMPO | Shinta Maharani

Nusa Tenggara Timur selama ini dikenal sebagai daerah 'pengirim' buruh migran ke sejumlah negara. Di tengah impitan ekonomi, para perempuan Sumba terdorong untuk bekerja sebagai buruh migran. "Film ini tak hanya bicara keindahan Sumba, melainkan persoalan manusia yang kompleks," kata Riri Riza.

Produser film Humba Dreams, Mira Lesmana menyebutkan Humba Dreams muncul setelah dia dan Riri Riza menggarap film Pendekar Tongkat Emas yang berlatar di Sumba pada 2011 - 2012. Pengalaman itu membawa hubungan khusus dengan Sumba. Mereka menjelajahi Sumba Barat dan Sumba Timur. "Kami membagi pengalaman tentang sebuah tempat dan cerita kontemporer," kata Mira Lesmana.

Film ini mengambil latar di kampung Raja Praili. Keturunan raja setempat, Umbu Ndjurumanna yang merupakan generasi ketujuh datang bersama istrinya, Sarah Hobgen dan anaknya ketika Riei Riza dan Mira Lesmana berbicara kepada jurnalis tentang film itu. Umbu Ndjurumanna bercerita tentang kehidupan masyarakat Sumba dan Marapu.

Pemeran utama film Humba Dreams JS. Khairen saat pemutaran perdana film di Yogyakarta. TEMPO | Shinta Maharani

Film Humba Dreams melibatkan penulis novel J.S Khairen yang berperan sebagai Martin, seorang mahasiswa sekolah film Jakarta yang pulang ke Sumba untuk tugas yang tak mudah. Perjalanan itu mempertemukan Martin dengan Anna (diperankan Ully Triani). Martin perlahan menemukan jawaban tentang Humba dan dirinya.

Sebelum diputar perdana di Yogyakarta, Humba telah diputar pada ajang Shanghai International Film Festival 2019. Film ini memenangkan CJ Entertainment Award di Asian Project (APM) Busan International Film Festival pada 2017.

Shinta Maharani

Lulus dari Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN Yogyakarta. Menjadi Koresponden Tempo untuk wilayah Yogyakarta sejak 2014. Meminati isu gender, keberagaman, kelompok minoritas, dan hak asasi manusia

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus