Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Film

Film Pendek Kian Populer, Berapa Biaya Bikinnya?

Ini pengalaman para sutradara film pendek yang karyanya sudah dinikmati publik.

12 September 2015 | 17.43 WIB

lavenderbluemedia.com
Perbesar
lavenderbluemedia.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Raketti Films bekerja sama dengan Kineforum Taman Ismail Marzuki memutar film empat pendek pada Jumat, 11 September 2015 dan Minggu, 20 September 2015. Tak seperti biasanya, Damar Ardi selaku Program Manager Raketti Film mewajibkan penonton untuk mendonasikan Rp 10.000 untuk bisa menikmati film-film ini.

"Memang tidak sebesar saat kita harus menonton film komersil, hal ini dilakukan untuk mengedukasi penonton agar bisa mengapresiasi karya-karya anak bangsa," katanya pada konferensi pers di Kineforum, 11 September lalu.

Para sutradara film pendek yang hadir saat itu mengapresiasi cara baru ini, meskipun mereka mengakui hasil yang didapat tidak akan sebanding dengan biaya yang mereka keluarkan saat proses produksi.

"Film ini media saya untuk menyampaikan gagasan dan ide saya aja," kata Monica Tedja, sutradara The Flower and The Bee. Ia melanjutkan kalaupun nantinya filmnya bisa diapresiasi dengan baik, ia hanya menganggapnya sebagai bonus dari usahanya. "Dari awal memang enggak ada motif untuk mencari keuntungan karena memang enggak bisa untung," katanya sambil tertawa. Untuk membuat film ini, ia rela merogoh kocek hingga 10-15 juta.

Sutradara film A Silent Night, Yopi Kurniawan mengaku mengabiskan kocek sebesar 6-7 juta untuk filmnya tersebut. "Syukur, enggak sampai 10 juta, sih," katanya. Sama halnya seperti Monica, Yopi juga mengatakan sejak awal mebuat film pendek, tidak pernah ada motif untuk mencari keuntungan. "Ini wujud kegelisahan dan keprihatinan saya terhadap gereja aja," lanjutnya.

Selain itu, Dipta Diwangkara, sutradara Jagal, mengatakan dirinya ingin mengungkapkan kisah dibalik pembuatan menu ayam di Rumah Makan Padang. Film berdurasi 5 menit yang dikemas dengan sangat sederhana ini pernah meraih penghargaan Film Dokumenter Terbaik pada ajang UCIFEST 2015. Namun, siapa sangka, biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan film ini sangat murah. "Pas datang kesana, saya sekalian makan juga. Ya hitung deh, berapa rata-rata harga nasi Padang, ya segitu biayanya," katanya sambil bercanda.

DINI TEJA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nurdin Saleh

Nurdin Saleh

Bergabung dengan Tempo sejak 2000. Kini bertugas di Desk Jeda, menulis soal isu-isu olahraga dan gaya hidup. Pernah menjadi juri untuk penghargaan pemain sepak bola terbaik dunia Ballon d'Or.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus