Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MIRZAPUR adalah neraka. Tapi, bagi para jawara, Mirzapur adalah tambang emas. Rakyat penurut. Polisi penakut. Para gangster adalah raja. Mereka semua, keluarga Tripathi, keluarga Rati Shankar, dan berbagai keluarga besar di area Uttar Pradesh, berebut serta bertikai dalam perang besar, perang kecil, dan perang senjata hanya untuk satu hal: menguasai takhta Mirzapur, kota nun di timur region Pirvanchal, Uttar Pradesh, India. Serial yang ditayangkan saluran digital Amazon Prime ini dibuka dengan adegan Munna Bhaiya (Divyendu Sharma) sedang bermain-main menembak pistol ke segala arah di tengah keramaian perayaan perkawinan sepasang pengantin. Peluru nyasar itu menewaskan pengantin lelaki. Munna, anak manja dari “Raja tanpa Mahkota” Akhandanand Tripathi (Pankaj Tripathi) yang dipanggil Kaleen Bhaiya, tentu saja tahu dia tak akan pernah dihukum karena kepala polisi daerah ada di kantong ayahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi kisah ini bukan hanya cerita Don Tripathi yang keji dan berkuasa, tapi juga cerita keluarga Pandit yang sederhana. Hanya kepada pengacara idealis dan lurus seperti Ramakandt Pandit (Rajesh Tailang), orang tua pengantin ini mengadu. Apakah mungkin orang tua dari anak yang ditembak Munna ini memperoleh keadilan di tengah hutan belukar yang dikuasai harimau seperti Kaleen Bhaiya? Pandit memastikan akan memperjuangkannya, meski polisi dan rekan-rekannya menyarankan, “Sudahlah, itu anak si Kaleen Bhaiya....”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prinsip keadilan yang dipegang teguh oleh Ramakandt Pandit guncang karena kedua anak lelakinya, Guddu (Ali Fazal) dan Bablu (Vikrant Massey), memilih jalan seberang. Karena adik perempuan mereka diculik Munna—ya, ya, Munna ini anak manja dan keji macam Joffrey dalam Game of Thrones—abang-adik Pandit terpaksa setuju bekerja dalam genggaman Kaleen Bhaiya: berjualan senjata dan narkotik dengan kedok usaha karpet. Kaleen Bhaiya sungguh cerdas. Dengan sendirinya kedua anak lelaki itu tentu saja berupaya menghentikan ayahnya yang akan berjuang membela keluarga korban penembakan Munna.
Ali Fazal (kanan) dan Vikrant Massey dalam adegan film Mirzapur. IMDB
Serial yang sudah berjalan selama dua musim dan akan meneruskan musim tayang ketiga ini tentu saja jauh lebih kompleks daripada sekadar perseteruan di dalam keluarga Pandit dan Tripathi. Kita tak hanya disajikan bagaimana si bapak idealis mengusir Guddu dan Bablu “karena saya ogah menerima apa pun yang kalian beli dengan uang berdarah”. Kita juga berhadapan dengan beberapa subplot ketika musuh-musuh Tripathi di luar Mirzapur siap mencengkeram takhta Kaleen Bhaiya.
Sementara itu, di dalam keluarga besar Kaleen Bhaiya juga tak kalah tegang. Istri kedua Kaleen, Beena, yang tak terpuaskan di tempat tidur memperolehnya dari lelaki lain; Munna, yang selalu merasa kurang dihargai bapaknya, makin lama merasa posisinya tergeser oleh abang-adik Pandit, apalagi antara Guddu dan Munna terjadi persaingan memperebutkan cinta Sweety Gupta (Shriya Pilgaonkar), anak polisi. Ada lagi mantan godfather, ayah Kaleen Bhaiya, yang duduk di atas kursi roda, sebetulnya lebih mengerikan tingkahnya.
Kehebatan kreator, penulis skenario, dan sutradara serial ini adalah bagaimana mereka bisa menjalin cerita utama dan subplot itu dengan rapi. Setiap awal episode selalu dimulai dari satu peristiwa kecil yang kemudian ternyata akan berkembang menjadi masalah besar dan akhirnya melanjutkan cerita utama episode berikutnya. Meski ini sebuah serial, kreator Karan Anshuman dan Puneet Krishna menggunakan sinematografi film yang serius. Kerja kamera yang merekam truk berisi mayat lelaki yang dibunuh Guddu-Bablu pada malam-malam sepi tak sekadar membetot urat ketegangan, tapi juga memperlihatkan abang-adik ini perlahan-lahan mengalami perubahan karakter. Itu semua cukup memperlihatkan wajah mereka sepanjang jalan dengan lighting minim, betapa mereka bukan lagi “pemuda biasa tanpa dosa”.
IMDB
Perubahan karakter tokoh-tokoh, dari yang “pelajar” menjadi jawara, dari yang sekadar bandel menjadi pembunuh yang ditakuti, terjadi dengan bangunan cerita yang masuk akal dan menggiring emosi penonton. Jauh berbeda dengan gaya film-film gangster Hollywood, tokoh-tokoh dalam serial Mirzapur sama sekali tidak melakukan glorifikasi kepada para don. Mereka digambarkan sebagai tokoh-tokoh kompleks: anggun sekaligus keji; licin sekaligus dungu; tampan sekaligus buruk muka.
Kecuali Pak Ramakandt Pandit yang menjadi simbol kejujuran dan kejernihan—karena dalam hidup kita harus percaya masih ada orang baik—semua tokoh dalam serial ini pada akhirnya jatuh ke lumpur Mirzapur. Bahkan tokoh-tokoh perempuan yang baik dan ingin melalui jalan lurus pun akhirnya harus mengangkat senjata jika tak ingin dilindas para lelaki jahanam.
Penampilan para pemain sungguh tak terbantahkan. Pankaj Tripathi sebagai don yang ditakuti—sama tenangnya seperti Marlon Brando dalam The Godfather—adalah aktor veteran India yang tampil dalam film terkemuka Gangs of Wasseypur (Anurag Kashyap, 2012), yang berkibar-kibar di Festival Film Cannes. Ali Fazal sebagai Guddu Pandit—yang di Indonesia lebih dikenal dari film Inggris, Victoria and Abdul (Stephen Frears, 2017)—tak bisa dikenali lagi. Sementara sebagai Abdul dalam Victoria and Abdul ia tampil tinggi, kurus, dan serba rendah hati, sebagai Guddu Pandit ia adalah lelaki muda yang obsesif terhadap tubuh body-builder saking kepingin menjadi juara kontes Mr. Purvanchal. Belakangan, setelah mengalami berbagai tragedi, Guddu berkembang menjadi jagoan obsesif yang ingin menuntaskan dendam kesumat.
Di Mirzapur, tak ada lagi yang suci. Tak ada lagi yang tak bersalah. “Bedanya saya dan kamu….” kata ayah Guddu, si pengacara idealis, kepada Guddu dengan nada kecewa, “kalau saya bersalah, saya akan menyerahkan diri kepada polisi. Kalau kamu bersalah, kamu akan menembak polisi.”
LEILA S. CHUDORI
MIRZAPUR
Kreator: Karan Anshuman dan Puneet Krishna
Sutradara: Karan Anshuman, Gurmmeet Singh, dan Mihir Desai
Penulis skenario: Puneet Krishna, Vineet Krishna, dan Karan Anshuman
Pemain: Vikrant Massey, Ali Fazal, Shriya Pilgaonkar, Pankaj Tripathi, Kulbhushan Kharbanda
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo