Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
PADA 1994, saya bersama Suteja Neka (pemilik Museum Neka, Ubud, Bali) dan Kwok Kian Chow (Direktur Singapore Art Museum) berkunjung ke Istana Bogor, Jawa Barat. Di satu dinding, ada karya Antonio Blanco. Neka terpesona melihat lukisan berukuran kecil itu. Setelah mendekat, ia setengah berpekik, "Ini repro cetak!” Setelah itu, ia merayap melihat lukisan-lukisan lain.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo