Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENONTON di belakang mulai berteriak. Seorang nyonya yang merasa
tertipu, nyaris ngamuk. "Turun, turun. jelek", katanya" marah.
Namun Al Gritfin, pemain gitar grup Riverrun itu, tidak
berhenti. Bahkan segera memetik Jango, lagu yang populer dalam
film-film koboi beberapa tahun lalu. Lagu itu belum selesai
ketika tali gitarnya putus. Al Griffin kelabakan, dan Kathy
Kempshall, penyanyinya, bengong. Panggung mati, agak lama juga.
Sebab gitar listrik milik Lody Item yang dipinjamnya pun, ngadat
tidak berbunyi. Penonton yang membayar karcis itu semakin
mengkal. Sehingga kemahiran Al Griffin memetik gitar yang
dibarengi tiupan harmonika, walapun cukupan, tidak sempat
menurunkan kecewa pengunjung. Bahkan dengan emosionil beberapa
penonton menyebut Kak Ram, itu pemain gitar dan peniup harmonika
yang suka menghibur anak-anak, tidak kalah bagus. Alhasil
pertunjukan Riverrun di Teater Terbuka TIM pertengahan bulan
lalu, dibantu Lody Item (ayah Yopie Item) pada lead gitar,
Ridwan pada Bas dan Hayashi si orang Jepang pada drum, terpaksa
meninggalkan buntut tak sedap.
Memang bukan sekali ini Taman Ismail Marzuki menampilkan
pertunjukan yang nampaknya tidak sempat diseleksi dulu.
"Nyanyiannya fals, di panggung bergurau, ah, masa kayak gituan
disuruh main di TIM. Mendingan nonton Bimbo", ujar Jack Lesmana
menghamburkan kedongkolannya. "Kayak amatir saja", sambut Tim
Kantoso. Eksperimen? "Eksperimen sih boleh saja, tapi tempatnya
bukan di sini", ujar Jack lagi. Maklumlah publik Jakarta kini
sudah mulai kritis. "Mereka sudah terbiasa menonton pertunjukan
musisi yang bermutu, baik klasik, pop ataupun rock. Dan jangan
coba-coba menampilkan sebuah grup eksperimen", ujar seorang
tokoh musik di TIM.
Kasihan memang. Padahal di antara duapuluhan lagu yang
ditampilkan dua penyanyi yang dari segi pribadi tergolong
simpatik itu, tidak seluruhnya buruk. Ada lagu-lagu yang
dibawakan jelek, ada seperti Blowing In The Wind yang cukupan,
ada juga seperti Rege-rege yang menghasilkan sejumlah keplok.
Yang jelas penampilannya secara keseluruhan, rasanya memang
tidak imbang dengan publikasinya yang begitu hebat. Siaran pers
yang sudah disebarkan sebelum pertunjukan, menyebut Riverrun
sebagai grup musik baru dari Amerika. Kathy Kempshall yang kini
tinggal di Bangkok katanya pernah muncul di berbagai pertunjukan
internasional mulai dari Rhode Island, Washington, Connecticut
di Amerika, serta di Bangkok, Jakarta dan Singapura. Ia memiliki
selera yang menakjubkan, dan kemampuan untuk beralih dengan
cepat dari irama yang namanya funky-rock ke balada-balada yang
soul, sehingga, kata siaran pers itu lagi, membuat pendengarnya
enggan meninggalkan tempat duduk.
Begitu juga dengan Al Griffin yang sudah tinggal di Indonesia
selama sembilan bulan. Memulai karir di warung-warung kopi pada
akhir tahun enampuluhan, Al Griffin terus mengembangkan
pertunjukan profesionalnya ketika masik bertugas sebagai anggota
Korps Perdamaian AS di Fiji. Bersama Kathy, Al Grifin yang
sama-sama berasal dari Cambridge, Massachussets, selalu
mencerminkan pengaruh lagu-lagu rakyat dari tahun enampuluhan,
digabung dengan unsur-unsur blus dan jazz, courtry dan rock
untuk menghidangkan suatu perpaduan terpenting dari dunia musik
Amerika dewasa ini. Pokoknya hebat, tapi kenapa hasilnya lain?
"Kami tidak kebobolan tapi kami memang mengadakan kontrak dengan
Riverrun setelah memperoleh gambaran. Kalaupun publik
memaki-maki, maka risikonya baiklah pada saya", kata Amak
Baljun. Manajer Programa TIM. Nah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo