Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Cello dan Kanvas dalam Lukisan Kubisme Handrio

Pameran seni rupa delapan lukisan karya pelukis abstrak Handrio, satu dari tiga serangkai seniman abstrak Indonesia.

12 November 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pameran seni rupa Handrio.

  • Dia pelukis beraliran abstrak geometris.

  • Lukisannya kental akan nuansa musik.

ALMARHUM Handrio meninggalkan ratusan karya kubisme yang kini dikoleksi beberapa kolektor. Delapan karya Handrio dipamerkan di galeri Art Agenda, Jakarta, pada 14 Oktober-26 November 2023. Karyanya adalah ekspresi bentuk dan warna yang ia lihat, seperti akor dalam musik yang digelutinya. Ia menyusunnya menjadi kesatuan visual yang selaras.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam pameran bertajuk “Dawai”, Art Agenda memamerkan karya-karya Handrio dalam rangkaian edisi keempat The Modernist Series-nya. Tajuk pameran tidak hanya mengacu pada dawai cello yang ia gesek sebagai inspirasi karyanya, tapi juga garis-garis cermat yang dibuatnya dengan kuas. Dawai dan garis menjadi berbeda di tangan Handrio. Delapan karya Handrio yang ditampilkan cukup beragam varian dan tahun kekaryaannya, mulai 1960 sampai 1980-an. Beberapa karya tersebut memperlihatkan ragam dimensi kubisme Handrio dari waktu ke waktu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lewat karya berjudul Komposisi (1963), Handrio melukis banyak instrumen musik yang disederhanakan menjadi bentuk jejak representatif. Karya ini dipenuhi warna merah, biru, kuning, dan hitam serta bentuk lingkaran seperti notasi balok dan segitiga. Dalam catatan karya, tuning pegs menjadi lingkaran dan segitiga, sedangkan bagian leher dan papan jari pada alat musik berdawai terwujud dalam persegi panjang yang terdistorsi.

1965. Tempo/Jati Mahatmaji

Adapun dalam karya tak berjudul bertarikh 1965, Handrio melukiskan situasi pergolakan politik saat itu. Ia memasukkan bentuk organik yang bersifat metafora dalam lukisannya. Lukisan manusia dan hewan dengan lekukan dan lengkungan. Ada bentuk yang muncul mirip entah sirip entah ekor ikan. Handrio juga menggoreskan spiral turbulensi yang mengacu pada situasi saat itu. Dari pewarnaan, Handrio menorehkan cat berwarna kusam. Dia seperti menggaris dengan mengerik bagian lukisannya dalam lengkung, lekuk, dan lingkaran. Ia menorehkan warna kuning dan hijau mungkin untuk menyimbolkan sebuah pengharapan.

Menapak ke era 1970-an, Handrio menorehkan kuasnya dalam kanvas dan memberi judul Village Scene. Sebuah visual garis-garis segitiga, kotak yang membentuk rumah-rumah, dan pepohonan dalam warna-warna tanah. Ia mengeksplorasi berbagai cara untuk memecah obyek menjadi bentuk yang tampak keras tapi lentur menjadi formasi yang bisa dinikmati secara visual. Rumah dan pepohonan tidak hanya dipipihkan pada sumbu Z, tapi juga pada bidang dua dimensi itu sendiri. Tepiannya didorong dan menjadi bentuk dasar, diatur sedemikian rupa menjadi seimbang. Handrio menerapkan model ini sebelum mendalami geometri murni. Menyederhanakan pemandangan alam dan perkotaan menjadi bentuk dasar.

Village Scene. Tempo/Jati Mahatmaji

Masih di sekitar kurun waktu itu, Handrio juga membuat lukisan dan tak memberinya judul. Ia melukis bentuk-bentuk abstrak yang dominan dengan persegi panjang, seperti mata anak panah dan notasi balok. “Seperti lubang-lubang suara yang ditutup oleh empat senar cello,” demikian tertulis dalam pengantar lukisan.

Lukisan kubisme Handrio pada 1979 terlihat berbeda. Kali ini garis-garisnya terasa lebih lentur dan warnanya lebih pekat, tidak terlalu ngejreng. Dalam karya berjudul Abstraksi, dijelaskan bahwa karya ini mengungkap kepiawaian sang seniman memecah obyek still life menjadi bentuk yang tidak teratur tapi masih mirip dengan aslinya. Ia menurunkan sudut yang tajam menjadi kurva yang sensual, melengkungkan tepi-tepi yang keras menjadi lebih halus. Ia memainkan warna gelap-terang dalam bentuk-bentuknya.

Beranjak ke era 1980-an, lewat karya berjudul Dinamika Keruangan, Handrio melukis bidang-bidang miring dengan warna-warna terang yang bertabrakan. Ia seperti menciptakan ilusi kedalaman ruang. Warna gelap mengindikasikan area yang lebih dalam, sementara warna cerah di bagian depan terlihat dinamis. Tercipta susunan asimetris dalam garis yang seimbang.

Karya dengan judul Dinamika Ruang (1981) berbeda lagi. Keandalan Handrio memainkan cello diaplikasikan dalam kanvas mewujudkan lukisan dari kisi-kisi garis, rangkaian trapezium, lingkaran, setengah lingkaran, garis, dan bidang miring yang terhubung. Kental sekali nuansa bermusik dalam goresan kuas pada kanvas ini.

Dinamika Ruang (1980)

Sejumlah karya Handrio pernah dipamerkan tahun lalu dalam bazar seni Art Moments di Gandaria City, Jakarta Selatan. Karya-karyanya ditampilkan dalam berbagai ukuran, dari yang kecil hingga besar, dalam ragam warna dan komposisi. Karya Handrio pada 1950-1960-an pun terlihat menempel di salah satu dinding.

Dalam berkarya, Handrio mencoba menciptakan bidang-bidang geometris yang sangat presisi. Dia menggunakan penggaris dan memperhitungkan warna-warna yang ditorehkan. Kebanyakan karya Handrio tak berjudul. Ia seperti mengajak mereka yang melihat dan menikmati karya-karyanya tak terbelenggu oleh judul.

Dalam buku Handrio: Dari Abstrak Geometri Menuju Komposisi Musik disebutkan bahwa Handrio belajar secara otodidaktik dalam melukis. Tapi ia disejajarkan dengan dua seniman kondang lain, yakni Sadali dan Fadjar Sidik. Pengamat seni rupa (almarhum) Eddy Soetriyono menyebutkan bekal penting dalam lukisan Handrio adalah bidang dan warna.

Eddy menyatakan Handrio adalah satu dari tiga serangkai seniman abstrak Indonesia selain Ahmad Sadali dan Fadjar Sidik. Karya mereka mewarnai ragam gaya abstrak seni rupa Tanah Air. Ahmad Sadali melukis dengan gaya kubisme analitis kaca retak lalu menjadi abstrak ekspresionis yang meditatif. Karya Fadjar Sidik punya corak yang berbeda. Lukisannya banyak disebut sebagai desain ekspresif dengan gaya abstrak ekspresif, yakni gaya bidang warna dan dinamika ruangan.

Handrio lahir di Purwakarta, Jawa Barat, pada 1926. Dia menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Ia berguru melukis kepada Basoeki Abdullah. Basoeki, yang bergaya realis-naturalis, waktu itu baru selesai bersekolah di Belanda. Handrio juga berguru kepada S. Sudjojono dan Agus Djaya untuk mendalami emosi bersama Trubus. Sejak awal ia menunjukkan kecenderungan ke arah formalisme yang geometris. Perjalanan membawanya menjadi cellist atau pemain cello. Pergulatan terjadi antara nada dan warna, kuas-kanvas, serta cello-penggeseknya. “Pergulatan inilah yang membawa Handrio mencapai jalan ‘geometri-musik’, geometri murni yang sangat pribadi dan khas,” kata Eddy.

Pada 1948-1951, Handrio menjadi Wakil Ketua Gabungan Pelukis Indonesia pimpinan Affandi, lalu ia pindah ke Yogyakarta dan bergabung dengan Pelukis Indonesia Muda bersama Widayat dan Gregorius Sidharta. Keduanya pernah mengajar di Akademi Seni Rupa Indonesia. Handrio juga pernah bekerja di bagian keuangan kantor militer Jepang, menjadi perencana grafis di biro advertensi, dan menjadi pegawai di bagian penerangan Angkatan Laut Republik Indonesia. Selain itu, ia pernah menjadi guru di Tamansiswa dan pegawai di Jawatan Kesenian Kementerian Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan serta bekerja di TVRI Yogyakarta.

Handrio, di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, 1987. Dok. Tempo/Ali Said

Handrio juga terlibat memperindah proyek mercusuar Presiden Sukarno, Hotel Indonesia. Mozaik keramik yang menggambarkan tari-tarian Nusantara karya Handrio dan Gregorius Sidharta dengan gaya geometris masih terpampang luas di salah satu bidang dinding Hotel Indonesia (kini Hotel Kempinski). Figur binatang dan manusia, pemandangan alam, pemandangan kota, serta gedung-gedung dalam kecenderungan geometris terus diperdalamnya. Di masa politik menghangat pada 1960-an, Handrio dikucilkan. Relasi sosialnya dicerabut. Ketika waktu berlalu dan kekuasaan berganti, ia menapaki jalan sunyinya: jalan murni geometri.

Ia meramu figur manusia, alam, lalu menjadi bidang geometri, menghadirkan lukisan geometri yang mengesankan ilusi tiga dimensi, geometri ruang imajiner. Kreativitasnya muncul seiring dengan kegiatan dia bermusik hingga menciptakan geometri instrumen musik. Handrio mendeformasi gitar serta cello dan menghadirkannya di bidang kanvas. Dia juga menghadirkan instrumen musik dan notasi balok dalam karya-karyanya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Musik dalam Kubisme Handrio"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus