Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Film

Perdana Produseri Film Horor, Prilly Latuconsina: Punya Idealisme tapi Harus Ikuti Penonton

Tren film horor Indonesia, Prilly Latuconsina sebagai produser merasa perlu mendengarkan keinginan penonton meskipun memiliki idealisme sendiri.

1 April 2024 | 08.53 WIB

Prilly Latuconsina setelah acara konferensi pers Hari Film Nasional bersama Netflix Indonesia di Jakarta, Rabu, 27 Maret 2024. TEMPO/Marvela
Perbesar
Prilly Latuconsina setelah acara konferensi pers Hari Film Nasional bersama Netflix Indonesia di Jakarta, Rabu, 27 Maret 2024. TEMPO/Marvela

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Prilly Latuconsina memproduseri film horor pertama kali setelah sukses dengan genre drama romantis tahun lalu. Dia tidak keberatan jika disebut ikut-ikutan tren film horor yang begitu diminati penonton Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Produser harus bisa melihat peluangnya apa tahun ini, penonton lagi sukanya apa. Aku merasa kalau bikin film ya memang buat penonton bukan diri aku sendiri," kata Prilly saat konferensi pers Hari Film Nasional bersama Netflix Indonesia di Jakarta, Rabu, 27 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, sebagai produser harus bisa membaca peluang yang ada. Terutama mengamati apa yang paling disuka oleh penonton saat ini. Prilly rela mengenyampingkan idealismenya demi mengikuti permintaan pasar.

"Kami punya idealisme sendiri tapi harus tetap mendengarkan apa yang penonton mau dan suka. Saya juga enggak mau memproduksi film yang nonton dikit atau saya doang yang suka," kata pendiri rumah produksi Sinemaku Pictures itu.

Film Horor Pertama yang Diproduseri Prilly Latuconsina

Tahun ini, Prilly akan memproduksi Temurun, film horor pertama Sinemaku Pictures. Ceritanya berdasarkan berbagai macam kejadian di Indonesia yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa.

Temurun sudah menyelesaikan syutingnya pada pertengahan Februari lalu. Film ini dibintangi oleh Bryan Domani dan disutradarai Inarah Syarafina. "Bryan pertama kali main film horor jadi ini juga menjadi pengalaman buat kami sebagai produser yang pertama kali membuat film horor, pemainnya juga pertama kali main film horor. Sutradaranya perempuan, debut menyutradarai film panjang dan ini film horor pertamanya juga," kata Prilly.

Komentar Prilly Latuconsina Soal Larisnya Film Horor di Indonesia

Melihat fenomena film horor yang begitu laris di pasaran, Prilly berpendapat hal tersebut bisa terjadi karena ceritanya sangat dekat dengan budaya masyarakat Indonesia. "Aku merasa genre horor itu masih merajai bioskop dan aku pikir itu enggak apa-apa karena itu dekat dengan budaya kita dan disukai pasar, enggak apa-apa juga untuk horor terus diproduksi," katanya.

Prilly berharap film-film horor Indonesia akan semakin bagus sehingga bisa bersaing dan membanggakan di kancah internasional. "Seperti film Exhuma yang horor, tapi penontonnya banyak di Indonesia, lebih dari 1 juta penonton. Semoga kita bisa gantian tayang di negara lain dan penontonnya banyak juga," ucapnya.

Marvela

Marvela

Lulusan jurusan Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara (UMN) pada 2021. Bergabung dengan Tempo sejak 2020. Menulis artikel hiburan untuk Tempo.co dan tokoh untuk majalah Tempo

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus