Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jurnal Risa by Risa Saraswati, film ini mengadaptasi kisah nyata dari salah satu episode teror supranatural yang ditangani tim Jurnal Risa. Cerita ini berpusat pada usaha melepaskan diri dari teror sosok astral yang menakutkan, dikenal sebagai Samex. Konon, menyebut namanya saja akan membawa malapetaka.
Kengerian Ritual dan Pengusiran Samex
Samex adalah entitas yang sangat ditakuti oleh tim Jurnal Risa dan para pengikut konten horornya. Samex punya nama asli, yaitu Uwa Satirah, yang punya keterikatan dengan sosok pengganggu keluarga Risa secara turun temurun. Selama hidupnya, Uwa Satirah dikenal sebagai sosok yang jauh dari agama dan dekat dengan ilmu-ilmu hitam. Sosok ini pernah viral di media sosial karena efek supranaturalnya terhadap siapa pun yang memanggil namanya. Dalam film ini, Prinsa Mandagie secara sengaja menyebut nama Samex, dia pun menjadi sasaran dari teror yang mengancam nyawanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keadaan semakin menyeramkan ketika kelakuan Prinsa saat itu semakin aneh dan mau tidak mau, terpaksa melewati sebuah ritual. Ritual harus diselesaikan, karena jika tidak maka taruhannya adalah nyawa Prinsa. Samex menolak keluar dari tubuh Prinsa. Ruhnya ingin bersemayam bersama tubuh manusia. Teror terus terjadi, tak hanya menyerang Prinsa, namun juga anggota tim yang lain. Mereka lalu pergi ke sebuah desa, tempat asal Samex, untuk melakukan pembersihan dan ritual.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
(Dari kiri) Sandy Pradana, Risa Saraswati, Prinsa Mandagie, dan sutradara Rizal Mantovani saat ditemui di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan pada Kamis, 4 Juli 2024. TEMPO/Adinda Jasmine.
Review Film Jurnal Risa by Risa Saraswati
Kengerian kembali dimulai, banyak adegan sakral dan ritual pengusiran setan yang diperagakan dengan begitu apik, sampai-sampai perasaan takut begitu mengancam ketika menonton. Bagian paling menegangkan ketika perlawanan Samex kembali bergejolak, dia akhirnya meminta nyawa lain sebagai taruhannya, ada dua pilihan. Hewan, atau manusia—yang harus dipersembahkan.
Saat penyembahan terjadi, Prinsa dicekoki dengan darah kambing yang baru saja mati, sedikit mual ketika menonton, karena terasa begitu nyata. Belum lagi dengan adegan para penghuni desa yang ikut kesurupan akibat ritual itu. Sesi ritual seperti membuat penonton terhipnotis, dengan alunan-alunan lagu Sunda, mantra-mantra, juga beberapa atraksi ‘anti kebal’ khas kesenian daerah.
Latar suasana film juga sangat mendukung, gelap dan mencekam, ditambah dengan audio visual yang menegangkan, khas jumpscare di film-film horor atau thriller Indonesia. Meskipun demikian, ada beberapa bagian yang plotnya terasa kosong atau terputus, seperti kurang ada penjelasan, atau memang konsep film itu seolah mengharuskan penonton memutar otak tentang apa yang terjadi. Salah satunya ketika adegan Prinsa kesurupan dan tak ingat dia berpindah-pindah tempat, lalu melakukan hal-hal ekstrem.
Disutradarai oleh Rizal Mantovani dengan pendekatan genre mockumentary, Jurnal Risa by Risa Saraswati memberikan pengalaman menonton yang intens dan mencekam. Genre ini cukup jarang dibawakan di film Indonesia, apalagi dengan sub-genre horor. Penonton diajak untuk merasakan kengerian secara mendalam melalui sudut pandang orang pertama dalam penanganan kejadian supranatural.
Pendekatan lain yang menambah ketegangan, film ini dibintangi oleh tim Jurnal Risa sendiri dan tokoh-tokoh asli yang terlibat, termasuk Risa Saraswati, Prinsa Mandagie, Ranggana Purwana, Nicko Irham, Indy Ratna Pratiwi, Riana Rizki, Abimanyu Bhakti Pratama, Sandi Pradana, Dimas Tri Adityo, Kang Jevi, Fahrul Rahman, Watra Novrisyah, dan Yusef Muldiyan.
Suasana XXI Epicentrum, Jakarta Selatan dipadati penggemar yang ingin menyaksikan screening film Jurnal Risa dan menyapa para pemeran pada Kamis, 4 Juli 2024. Studio didominasi dengan penggemar yang mengenakan dresscode hitam-merah, identik dengan film bergenre horror itu. TEMPO/Adinda Jasmine.
Selanjutnya, Pendapat Penonton>>>>>
Pendapat Penonton: Ketegangan dari Visualisasi Samex
Tempo juga menemui beberapa penggemar yang ikut menyaksikan screening dari film Jurnal Risa by Risa Saraswati. Mereka bersedia berbagi pengalaman mencekam mereka saat menonton. Salah satunya Febri, dia mengungkapkan bahwa selama ini dia penasaran dengan sosok Samex yang selalu disebut-sebut di konten YouTube Jurnal Risa.
“Tadi berasa banget ngerinya, seolah aku yang diteror sama Samex. Entah nyata atau nggak, menurutku sosok itu memang bikin bulu kuduk merinding. Nenek tua, kuku hitam dan panjang, dan mukanya sedikit hancur,” ujar Febri.
Lain cerita dengan Kelvin, dia merasa kengerian lebih dia rasakan ketika menonton konten-konten YouTube Jurnal Risa, dibandingkan filmnya. “Walaupun bisa lihat sosok Samex, entah kenapa aku lebih ngeri ketika denger Teh Risa ceritain di YouTube atau pas dia kerasukan Samex. Tapi filmnya serem dan keren banget sih, worth to watch (layak untuk ditonton),” kata dia.
Eca, salah satu penonton, juga menuturkan, seandainya dia ada di posisi Prinsa yang dirasuki Samex, dia membayangkan rasa lelah yang luar biasa karena ada entitas lain yang merasuki tubuhnya.
Dia bercerita, sebelumnya memang pernah kesurupan dan tahu betul rasanya. “Aku jujur pernah kesurupan sekali, waktu acara kemah sekolah. Aku sampai muntah-muntah dan badanku lemas berhari-hari. Tadi pas nonton Prinsa, aku bisa rasain sih gimana capeknya jadi dia, bahkan sampai harus ritual ngeri kayak tadi. Jangan sampai deh kejadian di aku,” ujar Eca.
Secara keseluruhan, Jurnal Risa by Risa Saraswati memang cukup menegangkan untuk ditonton. Film produksi MD Pictures ini dijadwalkan tayang serentak di bioskop Tanah Air mulai 11 Juli 2024. Film ini tidak hanya menjadi pilihan menarik bagi penggemar horor, tetapi juga bagi mereka yang ingin merasakan ketegangan dan misteri dalam kemasan film yang lebih kreatif dan berani.