Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelukis Austria itu pada 1960-an pernah tinggal di Pulau Ios, Yunani. Pulau tersebut, menurut dia, sangat penuh warna. "Selama tinggal di sana, satu musim panas bisa saya habiskan untuk melukis," ujarnya. Pelukis bernama Helmut Kand, 68 tahun, itu di Pulau Ios biasa berkeliling sambil membawa cat air. Di setiap perhentiannya, dia mengerjakan lukisan setengah jadi. Setiba di studionya, ia kemudian meneruskan dengan menggunakan akrilik.
Dan kemudian Kand mengunjungi Bali. Ia terpukau. Entah ia pelukis Eropa keberapa yang terkesima oleh Bali. Sudah tak terhitung banyaknya. Di mata Kand, tampak pohon, langit, sejumlah pura, upacara peribadatan, kolam-kolam dari Besakih, sampai Tampak Siring penuh rahasia warna. Ia bisa melukiskan rimbun pepohonan dengan warna kekuningan.
Bahkan mungkin imajinya tentang sosok roh di Bali juga penuh warna. Kand sering menyajikan gambar makhluk-makhluk melayang di langit berwarna-warni menyerupai kain yang terjuntai. Yang menarik, dalam satu bidang kanvas, ia bisa mencampuradukkan berbagai gaya. Ada nuansa kubisme, surealisme, naivisme, atau setengah pop. Seolah-olah satu gaya tak cukup untuk menumpahkan fantasinya tentang Bali. Di kanvasnya, kita bisa melihat figur-figur kecil yang dilukis realis tengah bermain-main dengan sosok-sosok deformatif.
Kand juga bereksperimen dengan bidang. Simak lukisannya, Bali-Lotus Pond in Ubud, yang terdiri atas tiga bidang. Bagian tengah kanvas menampilkan kolam berair biru dengan teratai-teratai berwarna hijau toska mengambang. Bidang itu diapit oleh lukisan kanan-kiri, yang menampilkan zoom teratai-teratai di tengah tersebut dengan angle yang berbeda. Lukisan ini seperti permainan optik.
Yang berhasil adalah apabila ia menyajikan sosok-sosok yang seperti tengah terbuai dalam alam mimpi. Ada yang sangat kuat. Judulnya Reposing Close to Mount Merapi. Dari judulnya, sudah pasti lukisan ini dibuat setelah Kand mengunjungi Yogyakarta. Lukisan ini menampilkan seorang wanita berambut hitam tidur dalam ayunan hammock yang digantungkan di dua pohon. Di kejauhan, ada Gunung Merapi. Sekilas gaya lukisan ini mengingatkan pada gaya Frida Kahlo. Sementara lukisan Kahlo selalu sarat kepedihan, perempuan dalam lukisan Kand tampak nyaman tertidur menikmati dunia dalam benaknya sendiri. Cara Kand menghadirkan hutan lebat di sekitar perempuan itu bergaya alam bunga dalam dunia mimpi sangat berhasil.
Tampak kacamata Kand dalam melihat panorama adalah kacamata cinta. Beberapa tema lukisannya adalah tentang ciuman. Lihat, misalnya, Travelled Too Far for Only Two Kisses. Lukisan ini terdiri atas dua bidang. Di tiap bidang terdapat sepasang wajah dengan gaya-gaya primitivism yang tengah saling bercumbu.
Yang menarik, sebagian besar lukisan Kand menggunakan lempengan emas atau perak tipis di beberapa bagian. Dia menyebutkan hal ini adalah salah satu tradisi lama yang digunakan pada lukisan Wina. Salah satu pelukis Austria tersohor yang menggunakan teknik ini adalah Gustav Klimt. "Saya rasa warna emas memiliki kemampuan untuk menarik perhatian. Mereka seperti mengatakan 'hei, lihat aku'," ujarnya. Memang hal demikian bisa jatuh ke sebuah kekenesan. Apalagi Kand sendiri mengobral warna. Toh, sekitar 60 kanvas Kand yang dipajang di Galeri Nasional, Jakarta, tak menjadi genit.
Ratnaning Asih
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo