Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Symphony No. 9 Beethoven: Pengiring Jatuhnya Tembok Berlin dan Demo Tiananmen

Hari ini, 7 Mei 1824, Symphony No. 9 karya Beethoven dimainkan pertama kali di Wina. Pernah mengiringi jatuhnya tembok Berlin dan demo di Tiananmen.

7 Mei 2021 | 07.56 WIB

Ludwig van Beethoven[Wikimedia.org]
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ludwig van Beethoven[Wikimedia.org]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu karya musik terbesar yang pernah didengar yaitu Symphony No. 9. Musik ini digubah oleh seorang komponis dari Jerman, Ludwig van Beethoven. Symphony No. 9 selesai digubah oleh Beethoven pada Februari 1824.

Musik yang dimainkan untuk pertamakalinya di Gedung Teater Kärntnertor, 7 Mei 1824 ini menjadi simfoni akbar yang ditunggu oleh ratusan orang di Wina, Austria. Komposisi ini memiliki durasi kolosal hampir 70 menit dan terdiri dari 4 movement. Yang pertama yaitu, Allegro ma non troppo, un poco maestoso. Lalu diikuti Molto Vivace, Adagio molto e cantabile, dan Allegro assai.

Karya ini merupakan salah satu bentuk comeback-nya Beethoven setelah dua belas tahun menarik diri dari dunia orkestra. Hal ini juga dipengaruhi ketuliannya yang sudah semakin menjadi dan tidak bisa ditoleransi. Beethoven sudah tidak bisa mendengar suara-suara, bahkan dengan jarak satu hasta. Dengan kondisinya yang seperti itu, tidak bisa dipungkiri lagi jika Symphony No. 9 menjadi masterpiece musisi yang kagum pada Wolfgang Amadeus Mozart ini.

Awalnya, Symphony No. 9 digubah Beethoven untuk melunasi tagihan utangnya yang semakin banyak. Saat itu, ia menerima pesanan dari sebuah perkumpulan musik instrumental di Inggris, Philharmonic Society of London atau PSL. Pesanan ini sudah ia terima sejak 1817, namun, baru digubah 2 tahun sebelum musik ini dimainkan untuk pertama kalinya di Gedung Teater Kärntnertor.

Beethoven bersama Symphony No. 9 menjadi penanda awal peralihan musik dari zaman Klasik menuju era Romantik. Symphony No. 9 menjadi sebuah peralihan dari kedua zaman tersebut, walaupun Beethoven tumbuh dan belajar dari musisi zaman Klasik, Franz Joseph Haydn.

Selain sebagai penanda peralihan zaman, Symphony No. 9 dianggap penting setelah Beethoven melakukan berbagai macam terobosan dan keluar dari batas-batas yang terdapat pada musik zaman Klasik. Salah satu terobosan yang cukup menggemperkan, ketika Beethoven menambahkan chorus atau unsur vokal dari puisi Friedrich Schiller, An die Freude, atau yang lebih dikenal Ode to Joy.

Karya-karya Beethoven dianggap menjadi wakil suara humanisme Eropa pada abad ke-19, hal inilah yang membuat PSL tertarik untuk memesan gubahan darinya. Selain itu, simfoni ini pernah diputar melalui pengeras suara ketika para pelajar dalam demonstrasi Tiananmen , Cina menyatakan melawan tirani pada 1989. Lalu, komposer Leonard Bernstein pernah memainkan simfoni ini pada 25 Desember 1989 untuk merayakan jatuhnya Tembok Berlin.

GERIN RIO PRANATA

Baca: Beethoven Di Antara Dua Logos

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus