Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiba-tiba keempat pemain telah hadir di panggung, masing-masing duduk di kursinya dan mulailah satu demi satu menjalankan perannya bergantian. Kian jelas kemudian bahwa ada perkembangan signifikan pada kelompok teater ini dalam beberapa hal. Alur cerita yang diusung sebenarnya sederhana: seorang suami tua dan lumpuh hendak membongkar perselingkuhan istrinya dengan sahabatnya, dengan menciptakan teror mental bagi keduanya. Caranya, ia membuat surat-surat seolah dari sang kekasih yang ditujukan pada istrinya, bercerita terus-menerus tentang bayi yang lahir dan mati. Surat-surat itu membuat sang istri mengalami halusinasi, serasa selalu mendengar tangis anaknya yang mati itu dan membuatnya senantiasa dihantui rasa bersalah, hingga hampir gila. Akhir kisah, rahasia terbuka: si suami sebenarnya tidak lumpuh. Semua itu hanya akal-akalannya untuk membongkar dan melampiaskan kemarahan terhadap perselingkuhan itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo