Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CITA-cita Rima Melati menjadi sutradara film. Tapi kini ia justru menyutradarai teater. Bahkan tak tanggung-tanggung, pementasan teater itu berbahasa Belanda. Inilah judulnya: Wolken. Dalam bahasa sini, Wolken itu berarti Mega-mega -- dan memang benar ini karya Arifin C. Noer. Mengapa Rima? "Saya ini kan termasuk orang zaman dulu. Di rumah dengan ibu saya dan Frans juga berbahasa Belanda. Jadi, terlatih," kata Rima dengan suaranya yang merdu berayun. Tugas ini datang dari Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis di Jakarta yang bermaksud mementaskan karya orang Indonesia itu di Belanda. Naskahnya sendiri sudah lama diterjemahkan. Pemainnya yang cuma enam orang itu semuanya mahasiswa Jurusan Sastra Belanda Fakultas Sastra UI. Sebelum dibawa ke Belanda dan Belgia, Wolken ini sudah dipergelarkan di Erasmus Huis, awal bulan lalu. Dan Sabtu dua pekan lalu, Wolken dipanggungkan di gedung Karta Pustaka Yogya. "Yang nonton penuh, dan tepuk tangannya panjang. Kami dapat tepuk tangan sampai setengah jam," ujar Rima. Bulan depan rombongan ini berangkat ke Belanda untuk mencari tepuk tangan yang lebih panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo