TEMPO.CO, Tulungagung - Perkenalkan wayang Potehi. Inilah kebudayaan Indonesia hasil perpaduan Cina dan Jawa. Potehi artinya boneka yang dibungkus kain putih. Wayang unik ini dibuat dari kayu waru atau kayu mahoni yang lunak. Pemilihan kedua jenis kayu ini karena mudah diukir dan dibentuk menjadi berbagai tokoh pewayangan Cina.
Menjelang Imlek rupanya menjadi berkah bagi para perajin wayang Potehi di Tulungagung. Mereka kebanjiran pesanan. Omzetnya naik hingga 70 persen.
Liem Giek Pin, perajin wayang Potehi di Kelurahan Kuta Anyar, Kecamatan Kota, Tulungagung, adalah salah satu peraup rezeki pada hari raya Cina ini. Permintaan wayang kayu buatannya meningkat drastis sejak dua pekan lalu dari berbagai daerah. "Banyak yang minta untuk hiasan rumah," kata seniman Cina yang akrab disapa Kuwato itu, Sabtu, 21 Januari 2012.
Mengumpulkan kayu dan memahatnya hingga menjadi tokoh pewayangan adalah pekerjaan sehari-hari Kuwato. Lebih dari 20 tahun seniman ini mempertahankan profesi membuat patung meski didera berbagai kesulitan. Apalagi kesenian ini telah ditinggalkan penggemarnya di kalangan masyarakat Cina. Karena itu momentum Imlek selalu ditunggu perajin Potehi untuk meraup rezeki.
Wayang buatan Kuwato memang memiliki kualitas bagus dan sangat terkenal. Bahkan di Jawa Timur dia merupakan satu-satunya perajin Potehi yang konsisten mempertahankan budaya leluhurnya ini. Tak mengherankan jika para konsumennya berasal dari berbagai kota. Sebuah hotel berbintang baru-baru ini juga memborong satu set berisi 125 buah dengan harga puluhan juta. Satu buah wayang dibanderol Rp 150-300 ribu.
Seperti lazimnya hukum dagang, tingginya permintaan wayang menjelang Imlek ini membuat harga jualnya naik. Meski tak menyebutkan nilai kenaikannya, Kuwato menyatakan kisaran 70 persen. Dengan hanya dibantu seorang pegawai, dia mengaku kewalahan menyelesaikan pesanan wayang. "Beberapa ada yang untuk pertunjukan," kata Kuwato.
Pembuatannya, awalnya lonjoran kayu waru dipotong dan dipola menyerupai boneka kepala wayang. Model kepala wayang setengah jadi ini kemudian dihaluskan dengan amplas sebelum dicat warna-warni sesuai dengan karakter wajah dan watak tokoh wayang. Tahap selanjutnya bagian kepala wayang diberi baju sesuai dengan peran yang akan dimainkan.
Wayang potehi pernah mencapai puncak popularitas pada 1970-an. Kemudian pergelaran wayang ini mulai tersendat memasuki 1979 dan pada akhirnya terhenti pada 1984 karena kebudayaan Cina dilarang pada masa itu. Kesenian ini kembali bangkit usai tumbangnya rezim Orde Baru.
HARI TRI WASONO
BERITA TERPOPULER LAINNYA: