TEMPO.CO , Jakarta-Direktur Yayasan Universitas Persada Bunda, Didi Fikri, mengupayakan mediasi antara Bupati Kampar, Riau, H M. Jefri Noer, dan dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Persada Bunda, Yusrizal, guna mencari penyelesaian pertikaian di antara keduanya. Yayasan Universitas Persada Bunda adalah pengelola sekolah tinggi tersebut.
Pada Minggu lalu, Jefri dilaporkan ke polisi oleh Yusrizal, yang juga dosennya di STIH Persada Bunda, karena melakukan pemukulan dengan buku di bagian rahang. Hal itu terjadi saat Jefri menanyakan nilai mata kuliah hukum adat yang tidak diluluskan Yusrizal. Belum adanya nilai mata kuliah itu membuat pengajuan skripsi Jefri tertahan. (lihat: Gara-gara Nilai, Bupati Gaplok Dosen).
Didi Fikri berharap kasus ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Kedua belah pihak diminta bisa menahan diri. "Mudah-mudahan satu-dua hari ini keduanya sudah menyatakan kesediaan melakukan pertemuan," katanya. "Tapi, jika upaya ini gagal, sepenuhnya menjadi urusan kedua belah pihak."
Yusrizal menyatakan siap melakukan pembicaraan. Namun ia berkukuh proses hukum merupakan wewenang Kepolisian Daerah Riau yang menerima laporannya. "Sebagai orang beragama, saling memaafkan itu wajib hukumnya."
Saat dimintai konfirmasi oleh Tempo, Jefri tidak banyak berkomentar. Dia mengatakan semua pembelaannya sudah ada di media massa. "Di Tempo kan udah kalian naikkan (juga)," jawab Jefri lewat pesan pendeknya. Jefri sudah menyangkal tudingan melakukan pemukulan. "Mana mungkin memukul dan menampar dosen sendiri?"
Ketegangan Jefri dengan dunia pendidikan ternyata bukan hanya kali ini terjadi. Dalam catatan Tempo, pada 2004 Jefri dinilai menyinggung profesi guru dalam sebuah rapat koordinasi pemerintah Kampar dengan para pejabat pendidikan.
Saat itu seorang peserta, Abdul Latif Hasyim, yang juga Kepala Sekolah Menengah Atas 2 Air Tiris, mempertanyakan minimnya anggaran pendidikan dan rencana pengelolaan pendidikan di Kampar. Pertanyaan ini membuat Jefri emosi dan mengeluarkan kata-kata yang memojokkan. Dia juga mengusir Abdul Latif Hasyim dari pertemuan.
Akibatnya, puluhan ribu orang, yang terdiri atas guru, pelajar sekolah dasar hingga SMA, kalangan lembaga swadaya masyarakat, dan tokoh masyarakat se-Kampar berdemo selama 11 hari. Demo ini berujung pada pencopotan Jefri pada Maret 2004. (lihat: DPRD Kampar Pecat Jefri Noer dan Warga Kampar Tanda Tangan Dengan Darah Menolak Bupati).
Juru bicara Polda Riau, Ajun Komisaris Besar S. Pandiangan, menyatakan masih melakukan penyelidikan atas laporan Yusrizal. "Nanti, bagaimana perkembangannya, akan kami beri penjelasan," katanya.
JUPERNALIS SAMOSIR | RAJU FEBRIAN
Berita populer:
Ajib Diduga 'Meringankan' Wajib Pajak
Di Cipinang Melayu, Dhana Mengaku Karyawan Swasta
Hercules Mengaku Tak Kenal Renny Tupessy
Modus Korupsi Dhana Sama dengan Bahasyim Assifie
Kisah Pelarian Irene di Rumah Ala Spanyol
Alasan PPATK Laporkan Dhana ke Kejaksaan
PSSI Boikot TV One dan Antv