TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti geodinamika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Agustan, mengatakan gempa Aceh, Rabu, 11 April 2012, adalah gempa jenis outer rise. Gempa outer rise terjadi karena pergeseran lapisan Bumi di lempeng luar, bukan di lempeng pembentuk pulau dan daratan berada.
Berbeda dengan jenis gempa megathrust yang dipicu pergeseran lapisan Bumi antara lempeng luar dan dalam. Gempa megathrust contohnya adalah gempa yang memicu tsunami dahsyat di pesisir Sumatera pada 26 Desember 2004 lalu.
Gempa outer rise biasa muncul cepat dan singkat. “Tapi kekuatannya besar,” kata Agustan. Gempa Aceh berlangsung selama 40 detik. Dibanding gempa megathrust pada 26 Desember 2004 lalu, gempa ini jauh lebih cepat waktu berlangsungnya. Bandingkan dengan gempa Aceh 2004 yang bertahan hingga 400 detik.
Pada beberapa kasus, gempa jenis outer rise menimbulkan tsunami. Seperti yang terjadi pada 1977 di Pulau Sumba. Agustan mengatakan ada sekitar 189 korban tewas akibat tsunami yang datang menyusul gempa outer rise itu. Gempa yang terjadi di bagian selatan Pulau Jawa pada 2007 juga menimbulkan tsunami. “Goncangan tidak terasa, tapi tsunami tingginya sampai enam meter,” kata Agustan.
Pusat gempa yang terjadi Rabu, 11 April 2012 kemarin, berada di kedalaman 10 kilometer, sekitar 434 kilometer sebelah barat daya Meulaboh. Gempa ini tidak menimbulkan tsunami karena pergeseran lempeng horizontal. Seandainya lempeng bergerak vertikal, kemungkinan tsunami akan menghantam Sumatera. Tapi, karena kekuatan gempa melebihi 6 skala Richter dan kedalaman kurang dari 30 kilometer, pemerintah tetap menyalakan peringatan potensi tsunami.
ANANDA BADUDU
Berita Terkait:
Jawa Aman dari Gempa Aceh Susulan
7 Resep Aman Saat Gempa
Dalam Seabad, Gempa Seperti Aceh Baru 3 Kali
Antisipasi Tsunami, BMKG Akan Pasang Radar Laut
8 Fakta Titanic yang Tak Terungkap
Cacat Nissan Juke Versi Keluarga Olivia