TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Badan Search and Rescue Nasional, Marsekal Madya Daryatmo mengungkap beberapa penyebab helikopter Rusia belum turun dalam pelaksanaan teknis evakuasi korban kecelakaan Sukhoi Super Jet 100. Menurutnya, itu demi keselamatan bersama.
Sebab, lalu lintas helikopter di udara saat ini sedang padat. "Masalah traffic. Saya sekarang menggerakkan 14 heli dengan luas wilayah yang seperti itu, titiknya seperti itu. Sehingga, kalau kita tidak atur dengan baik, akan dapat membahayakan," kata Daryatmo kepada wartawan, Ahad sore 13 Mei 2012 di lapangan udara Halim Perdanakusuma.
Apalagi, pihak Rusia dianggap belum menguasai medan. Dia mencontohkan, Tim SAR Indonesia yang memakan waktu lama untuk menempuh perjalanan dari Cijeruk menuju lokasi kecelakaan (crash site). "Kita sendiri saja untuk mencapai sana berapa hari," ucap Daryatmo.
"SAR itu tidak mengenal batas, tidak kenal suku, dan agama. Tapi keselamatan tetap kita utamakan. Kalau mereka tidak kenal kondisi kita, masa kita biarkan," ucapnya melanjutkan.
Menurut dia, ada tahap yang perlu dilalui oleh pihak Rusia. "Ada tahapan. Katakanlah cek kesehatan dulu dan familiarisation dulu. Dia kan belum hafal," kata pria berkacamata ini. Daryatmo bilang, tim Rusia tidak keberatan. "Dia (Rusia) menerima kok," katanya. Ia berjanji, nantinya, tim Indonesia akan bekerjasama mengevakuasi. "Sama-sama. Kan kecelakaan sama-sama, cari sama-sama."
Adapun Kepala Palang Merah Indonesia, Jusuf Kalla, menyambut baik kerjasama Indonesia dengan Rusia dalam menangani kecelakaan Sukhoi. Asalkan, mereka bergerak di bawah komando Indonesia.
"Rusia boleh membantu tapi tetap di bawah komando Basarnas," kata Kalla siang tadi. Ia memandang, keikutsertaan Rusia harus selaras dengan kepentingan nasional bangsa ini. Kalla mencontohkan, kotak hitam (blackbox) harus diperiksa di Indonesia. "Karena ada di sini, mesti di bawah daulat kita. Yang jadi korban warga negara Indonesia," ucapnya.
Meski, ia paham, Rusia juga punya kepentingan nasional. Namun, Kalla berharap kepentingan itu tidak bertentangan. "Mereka tentu punya kepentingan nasional juga. Yang punya pesawat, Rusia. Tentu ingin melihat kebenarannya," kata Kalla.
Sebelumnya, Jumat lalu, dua pesawat terbang dari Moskow, Rusia mengangkut setidaknya 41 ahli dari Rusia. Mereka membawa seluruh peralatan termasuk helikopter dan mobil jeep untuk melakukan investigasi kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak, Bogor. Namun, Komandan Lapangan Udara Atang Sanjaya, Marsekal Pertama Tabri Santoso menolak helikopter Rusia terbang ke sana.
ATMI PERTIWI
Berita terkait
Perempuan Cantik dan Perempuan Tua di Gunung Salak
ATC Membantah Terbang di Indonesia Seperti Neraka
Satu Jenazah Utuh Korban Sukhoi Ditemukan
Ada Tiga Mayat Dekat Bodi Pesawat Sukhoi
Tragedi Sukhoi, Begini Badan dan Sayap Usai Jatuh
Sukhoi Jatuh �Berkah� Warga Bogor
Evakuasi Jenazah Pilot Sukhoi Memakan Waktu 3 Jam
Badan Pesawat Sukhoi Ditemukan