TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara TNI Angkatan Udara, Marsekal Madya Azman Yunus, mengatakan pesawat Fokker 27-200 yang nahas dua hari lalu tak memiliki kotak hitam yang berisi data komunikasi dan penerbangan. "Pesawat militer itu tak punya black box," katanya di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, kemarin.
Menurut dia, kotak hitam di pesawat militer berbahaya untuk keamanan informasi militer dan pertahanan. Kalau pesawat militer dilengkapi peranti itu, lawan akan mengetahui informasi militer. Untuk kepentingan penyelidikan, tim akan mengandalkan data dari pelayanan penerbangan, radio controller, mekanik, kru, serta pesawat itu sendiri.
Ia tak mau mengomentari dugaan bahwa penyebab kecelakaan adalah mesin kanan mendadak tak berfungsi. "Ya, lihat nanti hasil penyelidikan tim," kata dia. Penyelidikan diperkirakan selesai dalam tiga bulan. "Hasil penyelidikan ini untuk internal TNI AU."
Pengamat penerbangan, Ruth Hanna Simatupang, menilai aneh jika ada yang menyebut pesawat militer tak dilengkapi kotak hitam dengan alasan keamanan. "Enggak bener kalau dikatakan begitu," katanya kemarin. "Kotak hitam kan tak bicara data, selain informasi kecepatan, ketinggian, arah angin, dan posisi pesawat."
Adapun pakar penerbangan, Arista Atmadjati, menolak berkomentar panjang soal ada-tidaknya kotak hitam. Ia menyebutkan keterangan TNI Angkatan Udara selalu berubah-ubah mengenai black box. "Di internal mereka tak satu suara. Tapi pesawat seharusnya ada kotak hitam."
Fokker dengan nomor registrasi A2708 yang dipiloti Mayor Penerbang Heri Setiawan mengalami kecelakaan pada Kamis lalu. Sumber Tempo mengungkapkan, pesawat jatuh saat menjalani latihan touch and go. Ketika sedang menanjak, mesin kanan mati, lalu pesawat memelintir sebelum jatuh menimpa delapan rumah. Tercatat sebelas orang tewas, termasuk tujuh awak pesawat.
Rekan sekaligus senior mendiang Heri Setiawan, Mayor Penerbang Rony Widodo, menyatakan ada sesuatu yang terjadi di luar kemampuan rekannya tersebut. Faktor di luar pilot adalah faktor cuaca atau gangguan teknis mesin. "Sehingga dia (Heri) tak bisa menangani itu," ujarnya kemarin. Apalagi pesawat itu sudah dipakai latihan pagi harinya.
Menurut dia, Heri, yang juga instruktur, adalah tipe penerbang yang tenang dan taat rencana. Instruktur wajib menjalankan silabus dan melakukan perencanaan penerbangan dalam setiap latihan. Tapi rencana pelatihan hanya diketahui oleh para awak pesawat dan air traffic controller (ATC) di Halim Perdanakusuma. Heri lulus Akademi TNI AU Yogyakarta pada 1997, setahun setelah Rony.
Kemarin sore, puing-puing Fokker sudah disingkirkan dari lokasi kecelakaan. Belasan petugas Provost TNI AU berjaga untuk memastikan tak sembarang orang masuk ke lokasi kejadian, Jalan Branjangan II RT 11 RW 10, Kompleks Rajawali, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
ANANDA P | ISMA S | SUBKHAN | ATMI P | JOBPIE S
Berita lain:
TNI Angkatan Udara Kandangkan Fokker 27
Hasil Investigasi Fokker Jatuh Tak Diumumkan
TNI AU: Fokker-27 Mungkin Terbang Satu Mesin
Pesawat Tua TNI AU Diminta Segera Diganti