TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menyoroti laju kredit investasi untuk industri barang non-ekspor, seperti real estate dan kendaraan bermotor. BI mencatat kredit investasi tumbuh paling tinggi dibanding kredit konsumsi dan kredit modal kerja.
Hal ini dinilai wajar kala pertumbuhan ekonomi tinggi, namun peruntukannya perlu dicermati, mengingat Indonesia dalam kondisi impor yang bertumbuh tinggi dan ekspor yang tumbuh negatif.
"Kalau itu dipakai untuk investasi dan menghasilkan barang ekspor tidak bisa dibilang terlalu tinggi. Persoalannya, kredit yang untuk menghasilkan kebutuhan dalam negeri, termasuk real estate," ujar Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, di gedung Bank Indonesia, Senin, 27 Agustus 2012.
Kondisi defisit neraca berjalan, menurut Darmin, memperlihatkan kelemahan ekonomi Indonesia sejak dulu. Industri dalam negeri kurang menghasilkan barang modal dan bahan baku. Sehingga setiap kali pertumbuhan ekonomi tinggi, industri harus impor besar-besaran untuk kebutuhan produksi.
Darmin secara khsusus menyoroti industri real estate yang berorientasi domestik. "Tidak diekspor," kata dia. Pertumbuhan ekonomi domestik yang tinggi ditambah kondisi ekonomi global yang melemah tak ayal membuat ekspor impor pincang.
Darmin menyebutkan beberapa barang impor terbesar Indonesia, di antaranya pesawat, alat angkut barang, dan alat angkut orang. "Itu selama triwulan II pertumbuhannya paling sedikit 50 persen. Pesawat itu pertumbuhannya 91 persen," kata dia.
Seperti diketahui, defisit neraca berjalan Indonesia mencapai 3,1 persen dari PDB pada kuartal II 2012. Darmin menjelaskan, hal ini karena ekspor bertumbuh negatif sementara impor tetap tumbuh tinggi di kisaran 15 persen.
Sebagai upaya untuk turut menahan laju pertumbuhan impor, Bank Indonesia telah mengeluarkan aturan uang muka minimal untuk kredit perumahan dan kendaraan bermotor. Melalui ketetapan ini, kredit investasi untuk industri di sektor ini juga bisa ditekan agar tak berkembang terlalu cepat. Dengan demikian, impor juga tak melonjak kian tinggi meninggalkan ekspor.
MARTHA THERTINA
Berita Lainnya
Dahlan : Pembangunan 15 Pabrik Rampung Tahun 2013
Kalla Minta Saudagar Bugis Bersemangat
Benahi Armada, Merpati Sewa Boeing Next Generation
BCA Bentuk Perusahaan Asuransi
BCA Akan Luncurkan Kembali KPR Bunga Tetap
Rupiah Masih dalam Tekanan
Investor Masih Berharap Ada Stimulus
Investasi 2013 Diyakini Capai US$ 30 Miliar
Impor Garam dihentikan Hingga November