Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

69 Persen Warga Tangerang Buang Air Sembarangan

image-gnews
Tiga anak menggunakan kakus di pinggir pantai perkampungan nelayan Cilincing, Jakarta,(2/6) Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar akan kebersihan dan fasilitas MCK yang tidak memadai membuat mereka mengotori laut. TEMPO/Tony Hartawan
Tiga anak menggunakan kakus di pinggir pantai perkampungan nelayan Cilincing, Jakarta,(2/6) Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar akan kebersihan dan fasilitas MCK yang tidak memadai membuat mereka mengotori laut. TEMPO/Tony Hartawan
Iklan

TEMPO.CO, Tangerang - Pola hidup masyarakat Kabupaten Tangerang ternyata masih buruk. Sebab, sebagian besar warga di wilayah itu hingga kini masih melakukan buang air besar sembarangan. Hal ini terungkap berdasarkan hasil survei Environmental Heads Risk Accesment (EHRA), lembaga swadaya masyarakat, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.

"Hasil survei menyebutkan 69 persen warga Kabupaten Tangerang masih buang air besar sembarangan," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Naniek Isnaeni, di sela-sela penyerahan mobil Puskesmas Keliling di Kecamatan Benda, Kota Tangerang, Rabu, 5 September 2012.

Naniek mengatakan survei yang dilakukan pada 2011 tersebut dilakukan di 10 kecamatan dari 29 kecamatan di Kabupaten Tangerang yang diambil secara acak. Kesepuluh kecamatan itu antara lain, Sepatan, Sepatan Timur, Mauk, dan Balaraja. "Hasilnya cukup mengejutkan," kata Naniek.

Survei dilakukan kepada masyarakat dengan cara membagikan kuesioner kepada ribuan responden dengan sejumlah pertanyaan. Salah satunya, kata Naniek, pertanyaan yang diajukan adalah dimana mereka membuang air besar. Sebagian besar responden menjawab di kebun, di sungai, dan di tempat buang air besar yang tidak memenuhi syarat kesehatan. "Kebanyakan dari mereka buang air besar di kakus yang tidak ada septic tank," katanya.

Menurut Naniek, hal tersebut terjadi karena fasilitas mandi cuci kakus (MCK) warga yang belum memenuhi standar kesehatan. Selain itu, pola pikir dan tingkat pendidikan juga mempengaruhi pola dan tingkah laku hidup masyarakat. 

Kepala Bidang Pemberantasan Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Yully Soenar Dewanti, mengatakan hasil survei yang menunjukkan masih tingginya kebiasaan buruk masyarakat tersebut tidak mewakili kebiasaan seluruh warga Kabupaten Tangerang. "Karena ada perbedaan sudut pandang dan interprestasi di kalangan responden," katanya.

Meskipun responden yang disasar adalah mewakili seluruh kalangan dari berbagai usia yang berada di wilayah perkotaan maupun perkampungan, semua usia, kepadatan penduduk, kekumuhan, tingkat kepadatan, perkampungan, perkotaan, menurut Yully, ketika dihadapkan dengan pertanyaan, mereka memberikan jawaban seenaknya saja. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Misalnya dimana Anda membuang kotoran anak Anda ketika buang air besar di pampers, mereka menjawab langsung dibuang di tempat sampah, dibuang ke sungai," kata Yully. Padahal, standarisasi dari kelayakan membuang kotoran adalah membuangnya ke sebuah penampungan, yaitu septic tank

Ia mengatakan tujuan dilakukan survei tersebut adalah untuk mengubah perilaku dan kebiasaan warga Kabupaten Tangerang di wilayah tertentu, seperti Sepatan dan Sepatan Timur, yang masih memiliki kebiasaan buang sampah sembarangan di kebun, di atas rumput, di sungai, dan WC cemplung. 

Menurut dia, kasus kejadian luar biasa muntaber dan diare terjadi di Sepatan dan Sepatan Timur disebabkan warganya masih buang air besar sembarangan. "MCK yang ada hanya jadi monumen saja," kata dia.

JONIANSYAH

Berita Terkait:
Densus 88 Bekuk Tersangka Teroris Solo di Depok

Satu Tersangka Teroris Solo Ditangkap di Depok 

Terduga Teroris di Mata Sang Ayah

Kata Roy Suryo Soal Baku Tembak di Solo 

Teroris Solo Latihan di Gunung Merbabu

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Izin Puluhan Tempat Pijat Seks Kupang Terancam

16 Juni 2014

Ilustrasi Pekerja Seks Komersia (PSK). yle.fi
Izin Puluhan Tempat Pijat Seks Kupang Terancam

Tempat-tempat pijat tradisional diperkirakan sebagai tempat menyebarnya HIV/AIDS.


Gen Rasa Nyeri Berhasil Dipetakan  

18 Oktober 2013

forbes.com
Gen Rasa Nyeri Berhasil Dipetakan  

Dengan gen ini, dokter bisa menentukan apakah pasien harus diamputasi atau tidak dengan melihat kemampuannya menahan sakit.


Setelah Disuntik Vitamin di RS St. Carolus, Marta Lumpuh

25 Februari 2005

Setelah Disuntik Vitamin di RS St. Carolus, Marta Lumpuh

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia itu didiagnosa dokter akan mengalami kebutaan.