Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyibak Ihwal Pasir di Dusun Lebbak  

image-gnews
Ratusan petani di Dusun Tegalrejo, Desa  Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta  menggelar upacara peringatan HUT RI ke-65 di tengah areal pertanian lahan pasir, Selasa (17/8). Para petani di pesisir pantai selatan itu menggarap lahan pasir sebagai media tanam bawang merah, cabai dan sauyran lainnya. Dalam peringatan Kemerdekaan itu, mereka menanamkan nilai nasionalisme kapada masyarakat petani. TEMPO/Muh Syaifullah
Ratusan petani di Dusun Tegalrejo, Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta menggelar upacara peringatan HUT RI ke-65 di tengah areal pertanian lahan pasir, Selasa (17/8). Para petani di pesisir pantai selatan itu menggarap lahan pasir sebagai media tanam bawang merah, cabai dan sauyran lainnya. Dalam peringatan Kemerdekaan itu, mereka menanamkan nilai nasionalisme kapada masyarakat petani. TEMPO/Muh Syaifullah
Iklan

TEMPO.CO, Sumenep - Magrib menjelang di Dusun Lebbak, Desa Dapenda, Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Tiga anak kecil yang merupakan cucu dan anak tetangga Tahir, 47 tahun, asik merebahkan badan di atas pasir di halaman rumah Tahir. "Pemandangan seperti ini hanya ada di sini," kata Tahir kepada Tempo, yang bertandang ke rumahnya, Minggu, 16 September 2012.

Hari beranjak malam. Halaman rumah Tahir di dusun yang berjarak sekitar 2 kilometer dari Pantai Lombang, lokasi wisata andalan Kabupaten Sumenep, itu semakin ramai dipadati warga. Mereka adalah tetangga dan kerabat Tahir, mulai dari anak muda hingga tua renta. Semuanya lesehan di pasir sembari mengobrol.

Mereka juga menggosokkan pasir ke tangan dan kaki. Sebagian di antara mereka bahkan memendam kaki hingga pangkal pahanya ke dalam pasir. "Hangat, Mas, coba saja," tutur anak Tahir, Hana, 20 tahun, kepada Tempo.

Pasir pantai memang lekat dengan kehidupan warga Dusun Lebbak. Segala aktivitas warga tidak bisa lepas dari pasir hingga ada istilah mandi pasir. Tidur pun di pasir. Bahkan ibu-ibu melahirkan bayinya di atas pasir. "Tidur di pasir bisa menghilangkan pegal di badan sehabis melaut seharian," ujar Tahir.

Di rumah Tahir, bukannya tak ada ranjang lengkap dengan kasurnya. Namun, karena terbiasa tidur di atas pasir, Tahir membuat kasur khusus dari pasir di samping ranjangnya. "Tidur di kasur kapas panas. Di kasur pasir hangat, tapi sejuk," ucapnya.

Berdasarkan pantauan Tempo, ada dua model kasur pasir di rumah-rumah warga Dusun Lebbak. Di antaranya berbentuk seperti ranjang biasa. Pasir dihambur begitu saja di atas lantai kamar tidur. Agar tidak berhamburan, diberi sekat kayu setinggi 40 sentimeter. Bentuknya persegi panjang.

Ada pula kasur pasir seperti bentuk kolam renang. Dan bentuk seperti ini yang paling banyak digunakan warga. Model ini dianggap lebih sederhana. Kamar tidur pun tetap tampak luas. Sebab, untuk membuatnya hanya dengan menggali sebagian lantai kamar tidur sedalam setengah meter, kemudian diisi penuh dengan pasir. "Pada musim kemarau seperti sekarang, kami tidur di pasir. Tidur di kasur biasanya hanya saat musim hujan," tutur Tahir.

Warga Dusun Lebbak yang lain, Imamuddin, 28 tahun, juga memaparkan bahwa dirinya tidak bisa lepas dari pasir. Saat bepergian jauh dari kampungnya selama beberapa hari, Imamuddin tak lupa nyangu pasir yang dibawanya dalam botol air mineral. "Kalau enggak nyentuh pasir, enggak bisa tidur. Badan rasanya pegal," kata Imam sembari bertelanjang dada, lalu membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam pasir.

Hana punya pengalaman unik gara-gara pasir yang dibawanya saat nyantri di Pondok Pesantren An-Nuqayah, Kecamatan Guluk-Guluk. Hana sering diomeli teman sekamarnya, karena setiap akan tidur, Hana punya ritual wajib, yaitu menggosokkan pasir ke lengan dan betisnya. "Kata ibu, saya dulu dilahirkan di kasur pasir," ujarnya mengenang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain Dusun Lebbak, warga Dusun Lenggung Timur dan Lenggung Barat, Desa Dapenda, juga memiliki kebiasaan tidur di atas pasir. Aktivitas berpasir paling mudah dijumpai pada malam hari. Melewati jalan kampung tak beraspal, hampir semua warga lesehan di halaman masing-masing. Seolah pasir adalah hambal yang tebal dan lembut. "Pada siang hari, jangankan lesehan, jalan tak beralas kaki tidak mau. Pasir jadi panas kena terik matahari," kata Hana.

Menurut Tahir, pasir yang dijadikan kasur bukan sembarang pasir yang biasa ditemui di pantai. Pasir untuk kasur diambil khusus di Pantai Lombang. Warga pun harus terlebih dahulu menggali tanah di pantai hingga mendapatkan pasir yang berwarna agak kekuningan. "Saya diajari kakek saya cara ngambil pasir untuk kasur," kenang Tahir.

Oleh warga, pasir kasur hanya diganti setiap selesai dipakai melahirkan. Namun, hingga kini, belum ada penelitian medis terkait manfaat pasir bagi kesehatan.

Tapi, bagi Tahir, selain bisa menghilangkan pegal linu, pasir juga bisa menyembuhkan luka. Jika terkena pisau, bagian tubuh yang luka terlebih dahulu dibasuh dengan air laut kemudian diberi pasir pantai. "Sembuh tanpa infeksi," katanya.

Tempo sempat mencoba rebahan di kasur pasir ala warga Dusun Lebbak. Pasir yang digunakan warga di dusun tersebut tidak menimbulkan gatal atau lengket di badan serta pakaian, alias mudah dibersihkan. "Sapu untuk membersihan pasir di sini khusus dibuat dari batang bambu yang dibelah kecil ujungnya," kata Tahir pula.

Tidak ada yang tahu pasti kenapa leluhur Dusun Lebbak memiliki tradisi menyatu dengan pasir. Tahir hanya tahu sejak masih kecil dirinya sudah diajarkan tidur di pasir oleh orang tuanya. Tahir pun mewariskan hal itu kepada anak dan cucunya. "Tapi anak lelaki saya tidak mau di kamarnya ada pasir. Tidak masalah karena bukan kewajiban," ucap Tahir.

MUSTHOFA BISRI

Berita terpopuler lainnya:
Dari Hulu ke Hilir, Festival Kopi Indonesia

Hotel Giat Gandeng Agen Wisata

Berburu Hantu di 3 Kota

Menunggu Sawahlunto Menjadi Kota Warisan Dunia

Keunggulan Braga Festival Tahun Ini

Jawa Timur Gelar Pesta Rakyat Sebulan Penuh

Christine Hakim dan Sail Morotai

Banyumas Gelar Festival Serayu

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


David Beckham Pernah Touring dengan Motor Chopper ala Jokowi

20 Januari 2018

Bintang sepakbola David Beckham tertangkap kamera berjalan-jalan di kota Los Angeles menggunakan sebuah sepeda motor antik berjenis chopper. entertainmentwise.com
David Beckham Pernah Touring dengan Motor Chopper ala Jokowi

Beckham berjalan-jalan menggunakan Harley-Davidson klasik bergaya motor chopper seperti kepunyaan Jokowi.


Setelah Teror Truk, Pelancong yang Masuk Amerika Makin Ribet

1 November 2017

Para turis berjalan-jalan di distrik Tumon di pulau Guam, Wilayah Pasifik A.S., 10 Agustus 2017. Kim Jong Un dalam pernyataannya menyebut akan mengirimkan empat rudal balistik ke Guam. REUTERS/Erik De Castro
Setelah Teror Truk, Pelancong yang Masuk Amerika Makin Ribet

Presiden Donald Trump mengatakan dia telah memerintahkan agar pemeriksaan terhadap pelancong asing yang masuk Amerika Serikat kian diperketat.


Baru Jadian, Pasangan Ini Korban Kecelakaan Roller Coaster  

5 Juni 2015

Proses evakuasi korban terjebak di roller coaster Alton Towers. BBC.co.uk
Baru Jadian, Pasangan Ini Korban Kecelakaan Roller Coaster  

Dua remaja yang mengalami cedera paling parah akibat insiden roller coaster Alton Towers.


Jumpa Saudara Asal Indonesia di Arequipa, Peru

7 Desember 2014

Plaza de Armas Kota Arequipa, Peru, Amerika Latin. (TEMPO/Shinta Maharani)
Jumpa Saudara Asal Indonesia di Arequipa, Peru

Kecantikan kota ini bertambah oleh hadirnya Basilica Catedral de Arequipa.


Cuit Rem dan Perang Klakson di Lima, Peru

6 Desember 2014

Kota Lima, Peru, Amerika Latin merupakan satu di antara World Heritage Site oleh UNESCO. (TEMPO/Shinta Maharani)
Cuit Rem dan Perang Klakson di Lima, Peru

Ada cerita tentang seorang pejabat Kedutaan Besar Indonesia di Lima yang nyaris ditubruk mobil.


Bocah 9 Tahun Berhasil Daki Gunung Aconcagua

28 Desember 2013

Tyler Armstrong, bocah laki-laki berusia 9 tahun dari Amerika Serikat berhasil mendaki gunung Aconcagua, yang merupakan gunung tertinggi di benua Amerika. abcnews.go.com
Bocah 9 Tahun Berhasil Daki Gunung Aconcagua

Telah lebih dari 100 orang meninggal saat berusaha menaklukan Aconcagua.


Lima Tempat Indah Papua Nugini Layak Dikunjungi

16 Agustus 2013

Oro Fjord. Gadling.com
Lima Tempat Indah Papua Nugini Layak Dikunjungi

Lima tempat wisata indah di Papua Nugini yang layak dikunjungi.


Festival Seni Pertunjukan Internasional di Padang

16 Agustus 2013

Ketika Nan Jombang Dance Company tengah berlatih tari di Kota Padang, Sumatera Barat, 30 September 2009, gempa berkekuatan 7,6 SR mengguncang kota itu. Bencana itu  kemudian mendorong Ery Mefri dan para penarinya mengembangkan karya baru berjudul Tarian Malam. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Festival Seni Pertunjukan Internasional di Padang

Sumatera Barat sebagai daerah destinasi membutuhkan seni pertunjukan berlevel internasional.


Festival Toraja Diundur

12 Agustus 2013

Pembukaan festival budaya Lovely December In Toraja 2010 di Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulsel. TEMPO/Hariandi Hafid
Festival Toraja Diundur

Festival Toraja akan digabungkan bersama kegiatan Lovely Desember.


Ribuan Orang Kunjungi Balekambang  

11 Agustus 2013

Sarana outbond Taman Balekambang, Solo. Tempo/Andry Prasetyo
Ribuan Orang Kunjungi Balekambang  

Libur Idhul Fitri dimanfaatkan sebagian masyarakat untuk mengunjungi tempat wisata, di antaranya Taman Balekambang, Solo.