TEMPO.CO, Jakarta - Perwakilan pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dari 58 SMA, SMK, MA negeri maupun swasta di Jakarta pada Jumat, 5 Oktober 2012 melakukan deklarasi anti-tawuran. Mereka ingin pelajar menyudahi kekerasan antar-sekolah.
Deklarasi digagas oleh Gerakan Pelajar DKI yang beranggotakan OSIS se-Ibu Kota. Ada 120 sekolah yang diundang untuk deklarasi di SMA 54 Rawabunga, Jatinegara, Jakarta Timur. Namun, tercatat hanya perwakilan 58 sekolah yang hadir. Jumlah ini termasuk beberapa sekolah yang belakangan terlibat kasus tawuran, yaitu SMA 6 Bulungan, Jakarta Selatan; SMA 70 Bulungan; dan SMA Yayasan Karya.
Ketua Umum Gerakan Pelajar, Verly Gad Singal Montung, mengatakan peristiwa tawuran SMA 6 dengan SMA 70 hanya bagian kecil dari aksi pelajar serupa di berbagai wilayah Jakarta. Verly mengatakan, tawuran rawan terjadi di Jakarta Utara dan Jakarta Timur. "Korbannya kebanyakan luka-luka sehingga tidak terekspos media," katanya, Jumat, 5 Oktober 2012.
Melalui deklarasi ini, pelajar DKI menolak aksi kekerasan. "Kami menolak kekerasan dalam bentuk dan alasan apa pun."
Kedua, pelajar meminta kepolisian bekerja sesuai tugas pokok fungsinya dalam menghentikan tawuran. "Mendeteksi bom saja bisa. Kenapa mendeteksi tawuran tidak bisa?" Muhammad Hatta, Ketua Majelis Pertimbangan Gerakan Pelajar, menambahi.
Ketiga, lewat deklarasi ini, pelajar berniat menciptakan Jakarta yang memberi rasa aman pada seluruh warga dengan berhenti tawuran. "Jakarta baru adalah Jakarta tanpa tawuran, Jakarta tanpa kekerasan," ucap Verly.
Deklarasi ini sekaligus mengajak pelajar menjalani hubungan harmonis dan persahabatan. "Kita tingkatkan komunikasi untuk perdamaian."
Nantinya deklarasi akan ditindaklanjuti dengan roadshow gerakan pelajar ke sekolah-sekolah untuk dialog. "Karena yang paling tahu akar permasalah dan solusi untuk masalah ini adalah teman-teman di sekolah yang terlibat itu sendiri," siswa Kelas XII SMA 110 Jakarta Utara ini melanjutkan.
Deklarasi disaksikan oleh perwakilan guru masing-masing sekolah, perwakilan Dinas Pendidikan DKI, perwakilan Dewan Pendidikan DKI, serta mendapat sambutan tertulis dari Gubernur DKI, Fauzi Bowo. Kepala Sekolah SMA 54, Mulyati Sudjono, selaku tuan rumah deklarasi, berbagi tip mencegah tawuran, yaitu dengan menyibukkan siswa di sekolah. "Kegiatan belajar-mengajar kami dari pukul 7 sampai 3 sore. Setelah itu, mereka lanjut dengan kegiatan ekstrakurikuler," katanya.
ATMI PERTIWI
Berita Terpopuler
Basuki: Tak Ada Pembagian Tugas dengan Jokowi
Alumni Tawuran Pelajar SMA 70 dan SMA 6?
Warga Ragu Busway Cocok Buat Ciputat
Kemendagri Siapkan Penjabat Sementara Gubernur DKI
Minta Maaf, KAI Gratiskan 8 Perjalanan KRL