TEMPO.CO, Jakarta - Intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI) mampu memicu penguatan rupiah di penghujung tahun 2012. Sepertinya bank sentral tidak mau mata uangnya melemah terlalu jauh.
Alhasil, di transaksi pasar uang Jakarta hari ini, 28 Desember 2012, nilai tukar rupiah ditutup kembali menguat 21 poin (0,22 persen) ke level 9.637 per dolar Amerika Serikat.
Analis Treasury PT BNI (Persero) Tbk, Raditya Ariwibowo, mengemukakan masuknya BI ke pasar untuk menjaga mata uangnya agar tetap berada di level tertentu berhasil membawa rupiah menguat di transaksi akhir tahun. “Langkah bank sentral sepertinya menjadi alasan rupiah ditutup menguat,” ujarnya.
Permintaan dolar AS di pasar masih tetap ada dan ini bisa terlihat di transaksi pasar non-deliverable forward Singapura di mana rupiah masih tetap mencoba ke level 9.800 per dolar AS. Upaya BI mengawal mata uangnya membuat rupiah mampu ditutup di bawah 9.700 per dolar Amerika di akhir tahun 2012.
Dari faktor global sebenarnya juga cukup mendukung penguatan mata uang lokal. Terdepresiasinya yen hingga di atas 86 per dolar AS terjadi karena harapan stimulus dari pemerintahan Jepang yang baru, memicu apresiasi mata uang regional. Kemungkinan para pelaku pasar meminjam mata uang yen dan mengalihkannya dalam aset di mata uang regional.
Won Korea menguat 0,15 persen menjadi 1.070,53, peso Filipina naik 0,29 persen ke 41,005, dan bath Thailand juga terapresiasi 0,1 persen menjadi 30,61 per dolar AS.
Yen Jepang melemah 0,19 persen menjadi 86,26 per dolar AS, demikian pula euro juga terdepresiasi 0,49 persen menjadi US$ 1,3171. Sehingga indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya naik 0,36 persen ke level 80,01.
PDAT | VIVA B. K
Terpopuler:
Inilah Direksi Baru BTN
BTN Akan Genjot Kredit Perumahan di 2013
Persiapan Tahun Baru, Impor BBM Ditambah
Stok BBM untuk Tahun Baru Dijamin Cukup
Kecelakaan Kereta Api Terbanyak di Jabodetabek
6 Tahun, 303 Orang Korban Tewas Kecelakaan Udara