TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis, Emil Agustiono, mencurigai virus flu burung jenis baru, H5N1 clade 2.3.2, sengaja disebarkan ke Indonesia sebagai bagian bioterorisme. "Memang ada sinyalemen demikian," kata Emil di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa, 9 Januari 2013.
Menurut Emil, dalam penyebaran virus flu burung jenis baru ini, terlihat ada upaya pihak tertentu untuk menggoyang ketahanan pangan dan ekonomi nasional. "Pelaku bioterorisme menggunakan jalur-jalur non-tradisional melalui wabah penyakit menular. Ini perlu disikapi dengan sangat hati-hati," kata dia.
Emil menilai, benar atau tidaknya bioterorisme masuk melalui virus flu burung baru perlu diteliti secara ilmiah dan diselidiki lebih lanjut. Ia pun menyebut Badan Intelijen Negara (BIN) sudah turun tangan menyiapkan antisipasi. Apalagi BIN juga tergabung dalam Komnas Zoonosis.
Namun, Emil enggan menyebut negara yang dicurigai melakukan bioterorisme. "Darimana sumbernya, saya tidak mengerti, tapi kenyataannya ada," kata Emil yang juga Deputi Menko Kesra Bidang Kesehatan, Kependudukan, dan Keluarga Berencana ini. Dasarnya, fisik itik di Brebes--daerah pertama yang terjangkit virus flu burung baru--kecil-kecil. Jenis itik itu berasal dari luar negeri.
Virus flu itik ini sendiri sudah menyebar di sejumlah negara, di antaranya Cina, Vietnam, Thailand, dan Bangladesh. Di Indonesia, varian ini pertama kali ditemukan di Brebes dan sudah menjangkiti 56 kabupaten/kota, di Jawa dan Sumatera. Pemerintah hingga kini belum mengetahui mengapa Brebes menjadi daerah yang pertama kali diserang virus tersebut.
ISMA SAVITRI