TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat perkotaan Nirwono Yoga memprediksi siapapun Direktur MRT yang ditunjuk Gubernur Jakarta Joko Widodo, tantangan berat sudah menanti di depan mata.
"Ada persoalan mendasar dalam pembangunan MRT. Direksi baru harus berani menyatakan itu kepada Gubernur," ujar Nirwono pada Senin, 18 Maret 2013.
Ada tiga poin penting yang kata Nirwono, harus diselesaikan agar proyek MRT bisa segera dimulai. Pertama, harus ada kejelasan pembagian kewajiban pembiayaan antara pemerintah pusat dengan DKI.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa sudah bersedia menaikkan beban pemerintah pusat menjadi 49 persen. Tapi keputusan Hatta belum juga direspon Jokowi. Pasalnya, permintaan Jakarta agar beban lebih besar ada di pundak Pemerintah Pusat, tak dikabulkan. "Sampai saat ini jadi masih belum jelas berapa persen-berapa persennya," kata Nirwono.
Kedua, belum ada kepastian apakah MRT akan menggunakan fly over ataupun seluruhnya di bawah tanah (underground). Hingga kini sebagian besar masyarakat sekitar Jl Fatmawati, Jakarta Selatan, masih mengeluhkan rencana itu. "Segera putuskan, dan jelaskan kepada mereka agar tekanan (masyarakat) kepada pak Jokowi mengendur," ujar Nirwono.
Ketiga, rencana pembongkaran stadion Lebak Bulus dengan menghilangkan ruang terbuka hijau (RTH). Nirwono menilai rencana itu justru kontradiktif dengan upaya Jokowi untuk menambah ruang terbuka hijau di Jakarta. "Kalau hanya memindahkan atau membangunan stadion baru dan gak ada yang ditambah ya sama saja," kata pengajar universitas Trisakti ini.
Nirwono menyatakan, jika tiga hal tersebut bisa diatasi, maka rencana pembangunan tinggal menunggu eksekusi. "Tiga poin itu selesai, maka pembangunan tinggal jalan," kata dia.
JAYADI SUPRIADIN
Berita Terpopuler:
Bandung Tetap Jadi Tujuan Utama Turis Malaysia
Kenapa Jokowi Unggul di Bursa Pencalonan Wapres
KPK Sita Aset Djoko Susilo di Bali
Golkar Belum Mau Lirik Jokowi Sebagai Cawapres
Kecil Kemungkinan Jokowi Nyapres Lewat PDIP