TEMPO.CO, Jakarta -Sekretaris Direktur Jenderal Industri Agrobisnis Kementerian Perindustrian, Abdul Rochim, mengatakan Indonesia berpeluang menjadi basis industri olekimia (olechemical) dunia. "Sebagai produsen terbesar minyak sawit mentah (crude palm oil), Indonesia mampu mengungguli Malaysia, China, India, bahkan Uni Eropa," kata Abdul di Jakarta, Selasa 14 Mei 2013.
Industri olekimia berperan dalam mengolah minyak sawit menjadi aneka produk kimia bernilai tinggi. Produk kimia tersebut diantaranya adalah fatty acid, fatty alcohol, glycerine, methyl ester dan turunan lainnya. Saat ini Indonesia menduduki peringkat empat sebagai penghasil olekimia setelah Malaysia, Cina, dan India.
"Mindsetnya harus diubah dari yang mengandalkan produksi minyak sawit mentah menjadi produsen aneka turunan minyak sawit bernilai tambah tinggi seperti industrialisasi olekimia," ujar abdul pada pembukaan acara Seminar dan Musyawarah Nasional Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN).
Di tahun 2010, pemerintah telah mencanangkan Program Nasional Hilirisasi Industri Kelapa Sawit. Program tersebut mengintegrasikan sektor hulu (on farm) perkebunan dengan sektor hilir (off farm) industri menjadi sebuah klaster industri.
Menurut Abdul, Indonesia sangat berpotensi untuk industri olekimia. "Kita punya bahan baku cukup besar, jangan sampai mengekspor dalam bentuk mentah" ujarnya. Selain itu, menurutnya, Indonesia merupakan produsen nomor satu di dunia untuk CPO.
Abdul mengatakan dalam peta jalan (roadmap) target ekspor makin ke hilir roadmap 2020 akan semakin membaik. "Target ekspor tahun ini 40-60 persen," ujar Abdul.
Target tahun ini ekspor lebih banyak di hilir. "Dulu hulu 60 persen, hilir 40 persen, sekarang dibalik," ucap Abdul.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin), mengatakan sejak adanya dukungan dari pemerintah, banyak investor yang tadinya enggan, sekarang bermain di industri ini. "Bea Keluar semoga tidak diotak-atik lagi, nanti industri hilir tidak berlanjut," ujarnya saat ditemui di Hotel Borobudur, Selasa, 14 Mei 2013.
Stefanus mengatakan, pemain industri hulu banyak yang mulai berinvestasi di industri hilir ini. "Sinar Mas salah satunya sudah jalan, Permata Hijau masih dalam konstruksi," ucapnya. Ia mengatakan Unilever juga mulai menanamkan modalnya di industri ini di Indonesia.
Menurut Stefanus, penggunaan olekimia ini dapat mensubtitusi penggunaan petrochemical di Industri sebanyak 20-30 persen. "Untuk mengganti 100 persen sulit," ujarnya
WINNIE AMALIA R
Topik Terhangat:
Teroris | E-KTP | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh
BISNIS Terpopuler
Laporan Faktual Investigasi Lion Air Segera Dikirim
Disebut Jadi Menkeu, Ini Kata Chatib Basri
SKK Migas Minta Kontrak Blok Masela Diperpanjang