TEMPO.CO, Denpasart--Sebuah festival yang menyandingkan karya-karya visual mengenai kelautan Indonesia dan dunia akan digelar di Bali. Acara diselenggarakan oleh Yayasan Indonesia Horizon bekerja sama dengan Matamera Communications.
Acara akan berlangsung mulai bulan Mei hingga Oktober 2013.
"Kami melibatkan berbagai organisasi, komunitas, pemerintah dan publik luas," kata Arif Budiman dari Matamera Communications, Jumat (24/5) di Denpasar. Festival ini digagas oleh Prabhoto Satrio dan Oscar Motuloh, yang kemudian digarap secara kolektif bersama Veda Santiaji, Arief Budiman dan Marlowe Bandem.
Mata acara Vision International Image Festival termasuk diantaranya Pameran Foto, Pemutaran Film Pendek/Slides, Pertunjukkan Musik, Diskusi, Workshop, Seminar, Pertunjukkan Visual Kolaboratif, dan Instalasi Seni. Rangkaian acara berlangsung dalam beragam agenda yang tersusun dalam kategori Pre-Events dan Summit Events.
Pre-Events adalah serial acara yang bersifat promotional, workshop dan pameran yang akan dilangsungkan dalam kurun waktu bulan Mei sampai akhir September 2013, sedangkan Summit Event adalah masa pelaksanaan acara puncak di bulan Oktober 2013.
Festival ini pertama kalinya diselenggarakan oleh Indonesia, dan di tahun perdananya,
Bali akan menjadi provinsi pertama. Semangat yang melatarbelakangi festival ini, adalah merespon keadaan sosial terutama di Indonesia, dimana masyarakat membutuhkan alat berikut dengan cara dan tempatnya, untuk mengekspresikan diri dan suaranya masing-masing dalam melihat dan merekam kehidupan seputar kelautan. "Laut menjadi bagian utama dari Indonesia sebagai negara maritim," kata Arif.
Sebagai festival citra yang berfokus kepada kelautan, festival ini direncanakan menjadi festival 3 tahunan keliling Indonesia. Angasraya diambil sebagai tajik pameran yang merupakan sebutan yang berasal dari kamus peradaban maritim Indonesia di zaman Majapahit. Catatan mengenai Angasraya di abad modern, didapatkan dari sebuah buku yang berjudul "Majapahit Peradaban Maritim Nusantara: Ketika Nusantara Menjadi Pengendali Pelabuhan Dunia" karya Irawan Djoko Nugroho terbitan 2011.
Di dalam buku itu disebutkan, disaat kerajaan-kerajaan se-nusantara dirundung kemelut perselisihan dan kegalauan menghadapi serangan pasukan asing, mereka tersadar untuk bersatu secara sejajar menjadi kerajaan maritim nasional kembali. Peristiwa ini dicatat oleh Empu Prapanca dengan sebutan Angasraya, yang memiliki arti sebuah sikap penggabungan kembali yang didasari atas kesadaran diri sendiri, spontanitas, bukan dengan paksaan.
ROFIQI HASAN
Hangat:
Kisruh Kartu Jakarta Sehat | Menkeu Baru | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah
Perlu baca:
EDSUS Jala Cinta dan Uang Fathanah
Wow, Macan Tutul Asik Gegoleran di Halimun Salak
Apple Akan Dirikan Pabrik Mac di Texas
Ditemukan, 4.926 Lukisan Gua di Meksiko