TEMPO.CO, Jakarta - Sentimen negatif dari ekonomi domestik dan penguatan dolar di pasar global membuat rupiah sulit terapresiasi. Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah menguat cukup signifikan 18 poin (0,19 persen) ke level 9.794 per dolar Amerika Serikat (AS). Namun, secara sepekan, nilai tukar rupiah telah menyusut 22 poin (0,23 persen).
Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, mengatakan penguatan nilai tukar rupiah di akhir pekan lebih dipengaruhi oleh intervensi dari Bank Indonesia untuk menghindari pelemahan lebih lanjut. "Bank sentral tampaknya ingin menggiring rupiah di kisaran 9.700 hingga 9.800 per dolar."
Kecenderungan pelemahan rupiah selama sepekan terakhir dipengaruhi oleh tingginya permintaan dolar di pasar domestik, di samping sentimen regional yang sedang kurang baik menyusul spekulasi bank sentral Amerika yang dispekulasikan akan menghentikan stimulusnya.
Menurut Lindawati, meningkatnya kebutuhan dolar korporat yang tidak diantisipasi telah mendorong rupiah bergerak liar ke kisaran 9.800. Bahkan di pasar offshore rupiah telah ditransaksikan di kisaran 9.900 per dolar. "Yang memicu permintaan dolar semakin tinggi ialah karena banyak perusahaan yang membagi deviden dalam bentuk dolar."
Hingga pukul 17.35 WIB, mata uang euro ditransaksikan di US$ 1,2978, pound sterling US$ 1,5189, dan yen 100,67 per dolar AS. Dari Asia, dolar Singapura ditransaksikan di 1,2642 per dolar AS, dolar Hong Kong 7,7643 per dolar AS, won 1.129,64 per dolar AS, dan yuan 6,1345 per dolar AS.
PDAT | M. AZHAR
Topik Terhangat:
Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah