TEMPO.CO, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku ingin berbicara dengan Barack Obama, bukan sebagai Presiden Amerika Serikat atau kepala negara, tetapi sebagai penerima Nobel Perdamaian.
Kemarin, Obama mengatakan Amerika Serikat siap menyerang rezim pemerintah Suriah yang dianggap bertanggung jawab atas serangan gas beracun. Obama masih menunggu persetujuan Kongres AS. Sedangkan Rusia yang sejak awal menentang aksi militer asing di Suriah berusaha menggagalkannya. Beberapa waktu lalu, Putin juga dikabarkan mengancam jika Amerika Serikat menyerang Suriah, maka Rusia akan menghancurkan Arab Saudi.
Diwawancarai wartawan Rusia usai kunjungan di wilayah bencana, Rusia Timur Jauh, Putin mengaku sudah lama tidak membahas masalah Suriah dengan Obama, sejak pertemuan G-8 lalu. Tapi, jika punya kesempatan, dia ingin berbicara kepada Obama, sebagai penerima Nobel Perdamaian.
“Kita perlu menigngat apa yang terjadi dalam satu dekade terakhir, dan berapa kali Amerika Serikat menginisiasi konflik bersenjata di berbagai belahan dunia. Apakah ini menyelesaikan masalah, bahkan satu saja,” kata Putin kepada wartawan, lewat transkrip jumpa pers yang diterima Tempo dari Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.
Sebelumnya, Putin menyebut beberapa kasus intervensi militer Amerika Serikat dibantu sekutunya, negara-negara Eropa seperti Inggris dan Prancis yang menurutnya tragis. Yakni Afghanistan, Irak, Libya.
“Tidak perdamaian, atau demokrasi di sana, yang diharapkan mitra kita. Tidak ada perdamaian dan keseimbangan sipil yang mendasar. Kita harus melihat pada semua hal ini, sebelum memutuskan untuk melancarkan serangan, yang pasti akan mendatangkan korban jiwa, termasuk di kalangan sipil. Apakah tidak mungkin memikirkan hal ini?” papar Putin.
Putin berharap Obama akan hadir dalam pertemuan G20 dan membahas masalah Suriah. Rusia akan menggunakan kesempatan pertemuan G-20 untuk membahas penyelesaian konflik kemanusiaan di Suriah.
Menjawab pertanyaan wartawan soal kemungkinan Amerika Serikat akan menyerang Suriah, Putin memaparkan , “Pemerintah Suriah sangat ofensif. Yang disebut pemberontak sekarang dalam posisi sulit. Mereka tidak punya senjata seperti pemerintah. Tidak punya kekuatan udara, tidak punya teknologi rudal, tidak punya sistem rudal atau artileri modern.
Nah, apa yang bisa dilakukan para sponsor atau pendukung mereka yang menyebut diri pemberontak itu. Memberikan dukungan militer. Bagaimana? Mengisi kekurangan kemampuan mereka. Anda tidak bisa begitu saja memberikan pesawat atau sistem rudal. Tidak mungkin mengajari mereka. Satu-satunya cara, adalah menyerang sendiri. Dan jika itu terjadi, itu akan sangat menyedihkan.”
NATALIA SANTI
Berita Terpopuler:
Sengman Pernah Hadir ke Wisuda Anak SBY?
Menteri Agama Ngambek Pidatonya Terpotong Azan
Relokasi Blok G Cepat, Jokowi Tungguin Tukang Cat
Disebut Terkait Impor Sapi, Dipo Alam Berkelit
Perwira Polwan Yakin Briptu Rani Hanya Oknum