TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi nirlaba Blacksmith Institute yang berbasis di New York dan Green Cross, Swiss, menyebutkan bahwa Sungai Citarum di Jawa Barat adalah satu dari 10 sungai paling tercemar di dunia tahun ini. Sungai ini masuk dalam daftar karena pencemaran limbah industri dan bahan kimia.
Laporan Blacksmith menyebutkan lebih dari 500 ribu orang terkena dampak langsung pencemaran di Sungai Citarum. Sementara lebih dari 5 juta orang terkena dampak tak langsung akibat polutan kimia yang dibuang ke sungai dan terbawa aliran air. Kandungan timah, aluminium, mangan, dan konsentrat besi di sungai itu beberapa kali lebih tinggi dari angka rerata dunia. Sumber pencemaran berasal dari aktivitas industri dan domestik di sekitar sungai.
Sungai Citarum disandingkan dengan lokasi-lokasi paling tercemar dan beracun di dunia. Daftar itu juga mencantumkan Chernobyl, kota di Ukraina, yang hingga kini masih tercemar radioaktif setelah terjadi ledakan reaktor nuklir pada 1986. "Laporan tahun ini memuat tempat paling tercemar yang kami temukan. Tapi yang lebih penting adalah masalahnya justru lebih besar dari sekadar 10 lokasi itu," kata Presiden Blacksmite Institute Richard Fuller seperti dikutip LiveScience, Rabu, 6 November 2013.
Lokasi yang paling tercemar kebanyakan ada di negara-negara berkembang. "Kami memperkirakan kondisi kesehatan lebih dari 200 juta manusia saat ini terancam akibat pencemaran di negara berkembang," katanya.
Ketua Institut Hijau Indonesia Chalid Muhammad menilai parahnya pencemaran Sungai Citarum disebabkan banyak pabrik yang membuang limbahnya ke sungai. "Lalu banyak limbah domestik yang masuk sungai dan ada konversi kawasan sungai jadi permukiman sehingga terjadi erosi dan pendangkalan," kata Chalid, Kamis, 7 November 2013.
Menurut Chalid, sebagian besar sungai di Indonesia sebenarnya mengalami krisis serius. "Pencemaran parah itu tidak cuma di Citarum. Tahun 1998 saja, ada 59 dari 89 satuan wilayah sungai yang kritis," katanya. Pada 1984, ada 22 satuan wilayah sungai yang kritis dan meningkat menjadi 39 hanya dalam delapan tahun.
Chalid menilai belum ada upaya terintegrasi dari pemerintah pusat untuk perbaikan sungai. Selama ini, upaya perbaikan sungai hanya dilakukan terpisah oleh pemerintah daerah. "Kalau kerja sendiri-sendiri seperti itu tidak akan berhasil."
GABRIEL TITIYOGA
Berita Terpopuler:
Kata Hakim Vica soal Isu Selingkuh dan Foto Syur
Hakim Vica: 15 Tahun Tak Dinafkahi Suami
Diisukan Menikah Lagi, Ratu Atut: Astagfirullah
Dipecat, Hakim Vica Tetap Dapat Gaji Pensiun
Ini Daftar Para Penerima Dana Haram Hambalang
Ini Curhat Hakim Vica Setelah Dipecat
Curhat Adik Atut: Kenapa Tempo Marah Sekali?
Trik Antisadap Angelina Sondakh Disarankan Ditiru
Ratu Atut Sering 'Malming' di Singapura
Ratu Atut: Betapa Kejamnya Hukuman Media