TEMPO.CO, Jakarta - PT Pelindo II menggandeng Bank Dunia untuk memperbaiki sistem logistik nasional. Direktur Utama PT Pelindo II, Richard Joost Lino, mengatakan kerja sama dalam bentuk studi bersama dengan Bank Dunia dibuat untuk menganalisis permasalahan guna menekan biaya logistik di Indonesia yang masih tinggi.
"Kami berharap dengan studi ini diketahui apa permasalahan sistem logistik tersebut dan apa yang harus dilakukan oleh masing-masing pemangku kepentingan," kata Richard di kantor Bank Dunia, Jakarta, Selasa, 12 November 2013.
Dalam kerja sama itu, Bank Dunia menyediakan jasa konsultasi dan bantuan studi untuk merancang strategi guna meningkatkan sistem logistik Indonesia dengan identifikasi prioritas kebijakan yang akan mengurangi biaya logistik dalam negeri.
Wakil Presiden Bank Dunia Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Axel van Trotsenburg, mengatakan jasa konsultasi tersebut sudah banyak digunakan di negara-negara berkembang seperti di Eropa Timur dan Amerika Latin. Biaya logistik yang tinggi disebut menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan laporan Bank Dunia untuk indikator kinerja pada 2012, Indonesia menempati peringkat ke-59 dari 155 negara, jauh di belakang negara-negara berpenghasilan menengah lainnya. Sebagai contoh, harga jeruk impor dari Cina lebih murah dibandingkan jeruk dari dalam negeri sendiri.
Menurut Bank Dunia, nilai investasi yang besar untuk infrastruktur sangat dibutuhkan. Namun, selama periode 2010-2011, nilai investasi Indonesia untuk infrastruktur masih terendah di Asia, yaitu kurang dari 4 persen dari PDB. Sedangkan Cina, Thailand, dan Vietnam menghabiskan lebih dari 7 persen dari PDB untuk infrastruktur.
ANGGA SUKMA WIJAYA
Baca juga:
Laba Perusahaan Pembiayaan Melambat
Bentuk BUMN Reasuransi, OJK Pilih Opsi Merger
Menkeu: Pelambatan Pertumbuhan Ekonomi Dibutuhkan