TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi I (Komunikasi) Dewan Perwakilan Rakyat membantah isi pesan pendek yang menyebut politikus Golkar Tantowi Yahya, Evita Nursanti (PDI Perjuangan), dan Hayono Isman (Demokrat) menerima suap dari direksi TVRI.
"Pada 16 Oktober 2013 saya ada di daerah pemilihan Penjaringan," kata Tantowi Yahya dalam rapat dengar pendapat dengan direksi TVRI di kompleks Parlemen, Senayan, Selasa, 19 November 2013. Bantahan serupa juga disampaikan oleh Direktur Utama TVRI Farhat Syukri. (Baca: Max Sopacua dan TVRI Saling Tuding Soal Suap)
Akhir pekan lalu, beredar pesan pendek dengan pengirim anonim yang menyebutkan adanya dugaan suap ke ketiga politikus itu yang disampaikan oleh Max Sopacua. Dalam pesan pendek itu tertulis, uang senilai Rp 3 miliar diserahkan ke Tantowi, Evita, dan Hayono dalam kaitan dengan pemecatan empat direktur TVRI.
Selain itu, ada pula nama Iis Dahlia dan Yuni Shara yang disebutkan diminta menemani anggota Dewan berkaraoke di sebuah tempat karaoke di Bandung. Pemberi suap, menurut pesan pendek itu, adalah Direktur Program dan Berita Irwan Hendarmin. Irwan membantah pemberian suap itu. Ia juga mengaku tidak pernah mendatangkan Iis dan Yuni.
Dalam pesan tersebut, tertulis bahwa uang digunakan sebagai "pelicin" agar tidak ada pemecatan oleh Dewan Pengawas TVRI. "Uang sudah disiapkan sejak 16 Oktober 2013," tulis pesan itu.
Tantowi mengatakan, sebagai penyanyi dia tidak memerlukan penyanyi lain untuk menyanyi di tempat karaoke. Dia sudah menghubungi dua artis terkait untuk mengklarifikasi masalah ini. Tantowi menuturkan, kedua penyanyi itu tidak akan menjajakan diri di tempat karaoke. "Ini isu murah yang tidak mendasar, mengusik dan menghina mereka," kata dia.
Dia juga mengatakan bahwa dirinya tidak pernah melihat Hayono Isman keluyuran seusai acara apalagi berkaraoke dengan artis. Menurut politikus Partai Golkar ini, isu ini merupakan isu murahan dan merupakan bagian dari manuver pihak tertentu. "Kalau mau manuver yang merusak, eleganlah," kata dia.
Evita Nursanty mengatakan, persoalan ini tidak sesederhana yang mengemuka. Dia meminta permasalahan ini dibuka agar terang benderang siapa yang berada di balik persoalan ini. "Ini ada konspirasi," kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.
Hayono Isman, yang juga peserta konvensi Demokrat, mengaku tak mau ambil pusing atas isu yang mengemuka ini. Dia beralasan, persoalan ini tak jelas sumber beritanya. Menurut Hayono, jika memang jelas ada dugaan suap, seharusnya pengirim pesan pendek itu melapor ke Komisi Pemberantasan Korupsi. "Isu negatif tak perlu ditanggapi serius," kata dia.
Karena pesan anonim itu pula, Komisi Komunikasi sampai memanggi semua direktur TVRI dan nama-nama yang disebut dalam pesan pendek gelap itu. Komisi juga menyampaikan pesan pendek ini ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. (Baca: Kasus Program TVRI, 17 Orang Diperiksa Kejaksaan)
WAYAN AGUS PURNOMO | AMRI MAHBUB
Berita Terpopuler :
Menteri Australia Tetap Diundang ke Pertemuan Bali
Di Tengah Sorotan, Mobil Murah Laris Manis
Sekali Lagi, Hatta Bantah Mobil Murah Bikin Macet
Kasus Penyadapan Tak Ganggu Kerja Sama RI-Australia
Hatta: Mobil Murah Bendung Banjir Impor Otomotif