TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasentiantono mengatakan kenaikan harga gas elpiji kemasan 12 kilogram seharusnya bertahap dan tidak diberlakukan pada Januari 2014. “Mestinya tidak Januari, tapi Februari atau Maret dengan catatan kenaikannya tidak langsung 68 persen,” kata Tony ketika dihubungi Tempo pada Senin, 6 Januari 2014.
Menurut Tony, PT Pertamina (Persero) seharusnya tidak menaikkan harga elpiji kemasan 12 kilogram pada Januari. Soalnya, Januari merupakan bulan inflasi yang biasanya mencapai lebih dari 0,5 persen. Bulan tersebut merupakan saat sering turun hujan sehingga distribusi barang menjadi sulit. Baca: Ditanya Soal Elpiji, Dirut Pertamina: Tunggu Rapat)
Tony menuturkan seharusnya harga gas elpiji kemasan 12 kilogram dinaikkan secara bertahap agar tidak menimbulkan kontraproduktif. “Misalnya 30 persen dulu, lalu berikutnya 30 persen lagi,” katanya. Hal ini karena, menurut Tony, dikarenakan kenaikan harga apa pun yang terlalu besar dapat menimbulkan dampak psikologis. Produsen yang mengalami kenaikan harga barang mencapai 60 persen akan panik dan menaikkan harga jual barang terlalu tinggi.
Sebelumnya, juru bicara PT Pertamina Ali Mundakir mengatakan per 1 Januari 2014 Pertamina akan menaikkan harga elpiji nonsubsidi 12 kilogram dari harga awal, yaitu 70,2 ribu rupiah menjadi 117,7 ribu rupiah. Kenaikan ini, menurut Ali, bervariasi tergantung dari jarak dari SPBBE ke titik serah atau supply poin.
"Kenaikan harga elpiji nonsubsidi 12 kilogram sebesar 47,5 ribu rupiah ini disebabkan karena tingginya harga pokok LPG di pasar dan turunnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan kerugian perusahaan semakin besar," ujar Ali ketika dihubungi Tempo, Rabu, 1 Januari 2014.
Ali mengatakan, harga elpiji 12 kilogram yang berlaku saat ini merupakan harga ditetapkan pada Oktober 2009, yaitu Rp 5.850 per kg. Harga pokok perolehan kini, menurut Ali, telah mencapai Rp 10.785 per kg. Dengan kondisi ini, dalam enam tahun terakhir Pertamina telah menanggung selisihnya kerugian sebesar Rp 22 triliun. "Kondisi ini tentunya tidak sehat secara korporasi karena tidak mendukung Pertamina dalam menjamin keberlangsungan pasokan elpiji kepada masyarakat," ujar Ali.
APRILIANI GITA FITRIA
Berita Terpopuler
Soal Kenaikan Harga Elpiji, SBY Bercuit
SBY Minta Pertamina Tinjau Kenaikan Harga Elpiji
SBY Pimpin Rapat Soal Kenaikan Harga Elpiji
Beli Saham Newmont, Pemerintah Minta Izin ke DPR