TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia Pery Warjiyo mengatakan, pada Desember 2013, neraca perdagangan total diperkirakan akan surplus US$ 785 juta. Angka tersebut lebih tinggi daripada surplus November, yaitu US$ 776,8 juta.
Pada neraca perdagangan non-migas, Pery mengatakan, trade balance untuk Desember surplusnya mencapai US$ 2,2 miliar. "Angka ini juga lebih tinggi daripada bulan sebelumnya, yaitu US$ 1,96 miliar," kata Pery saat konferensi pers di gedung BI, Jakarta, pada Rabu, 15 Desember 2014. (Baca juga : Cadangan Devisa Naik Menjadi US$ 99,4 Miliar)
Jika ditotal, neraca perdagangan non-migas surplus US$ 5 miliar pada kuartal IV 2013, sedangkan pada kuartal ketiga surplusnya hanya US$ 1 miliar.
Menurut Pery, ada tiga faktor yang mempengaruhi surplus pada kuartal IV 2013, khususnya non-migas. Pertama, dari sisi eksternal, yaitu permintaan maupun harga mengalami perbaikan. Adapun dari faktor domestik, permintaan terhadap impor lebih lambat.
Faktor kedua adalah kebijakan yang dilakukan oleh BI terkait dengan pegerakan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi. Depresiasi nilai tukar rupiah membantu mendorong ekspor non-migas dan mengurangi impor non-migas. Selain itu, kebijakan suku bunga dan pengetatan kredit juga diklaim mendorong perlambatan barang impor. (Baca juga: Pemerintah Masih Impor Minyak 24 Juta Kiloliter)
Pery mengatakan, perbaikan surplus non-migas tak bisa dikatakan over dosis. "Ini sesuai harapan. Beberapa aspek memang lebih cepat dari yang kita harapkan. Tapi current account defisit belum sesuai," kata dia. Indikator kedua bahwa kebijakan BI tak over dosis adalah pertumbuhan ekonomi yang melambat menjadi 5,7 persen pada tahun lalu.
Adapun neraca perdagangan migas pada Desember 2013, kata Pery, menunjukkan defisit sebesar US$ 1,4 miliar. "Sehingga secara keseluruhan pada kuartal IV defisitnya US$ 3,37 miliar," kata Pery. Defisit neraca migas pada kuartal III 2013 sebesar US$ 3,26 miliar. (Baca juga: November, Perdagangan Surplus US$ 776,8 Juta)
Walaupun terjadi kenaikan, tapi secara umum terjadi kecenderungan penurunan defisit neraca migas. Kondisi ini, menurut Pery, tak terlepas dari beberapa kebijakan pemerintah, baik dari peningkatan produksi, penghematan konsumsi bahan bakar minyak, maupun kenaikan harga BBM. "Sehingga secara keseluruhan, baik migas maupun non-migas, pada kuartal IV 2013 surplus US$ 1,6 miliar," kata Pery.
FAIZ NASHRILLAH
Terpopuler :
6 Proyek Banjir Ini Bisa Ringankan Kerja Jokowi
Dana Sodetan Banjir Jakarta Rp 500 Miliar
Rupiah Berpeluang Terus Menguat
Pabrik Kedua Honda Telan Rp 3,1 Triliun
Cuaca Ekstrem, Maklumat Pelayaran Dikeluarkan