TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan, Indeks Saham Gabungan (IHSG) masih dapat menguat. Indeks sebenarnya sempat mengkhawatirkan dengan adanya kemungkinan aksi ambil untung sebelum libur Maulid Nabi.
Selain itu, kata Reza, kekhawatiran juga dikarenakan adanya gap di level 4.270-4.292. "Hal itu juga sebenarnya sempat berpotensi menimbulkan aksi ambil untung," kata Reza, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 15 Januari 2014.
Reza mengatakan kekhwatiran terjadinya aksi ambil untung terkompensasi dengan positifnya laju bursa saham Asia dan Eropa pasca dirilisnya kenaikan data-data ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa. (Baca juga : Saham Perbankan Pimpin Laju Indeks)
Pada perdagangan Rabu hari ini IHSG ditutup menguat 1,16 persen atau 50,82 poin menjadi 4.441 dibandingkan penutupan perdagangan Senin. Menurut Reza, penguatan IHSG masih diharapkan akan berlanjut. Namun, rilis data-data makro dan laju bursa saham global dapat positif mengkonfirmasi hal tersebut.
Melemahnya Rupiah, kata dia, sempat menghambat laju indeks sepanjang perdagangan Rabu. IHSG menyentuh level 4.459,48 (level tertingginya) di awal sesi dan menyentuh level 4.398,12 (level terendahnya) juga di awal sesi I dan berakhir di level 4.441,59. (baca juga : Minim Sentimen, Indeks Ditutup Datar )
Adapun volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual, sedagkan investor domestik mencatatkan nett sell.
Reza mengatakan, laju bursa saham Asia kembali rebound terimbas laju penguatan bursa saham Amerika Serikat yang merespons data pertumbuhan penjualan retail AS. Larangan kebijakan ekspor bahan mentah dari Indonesia juga berdampak pada naiknya harga-harga komoditas yang mengakibatkan penguatan saham-saham tambang Asia. (Baca juga : Bursa Asia Rebound, IHSG Fluktuatif)
Adapun laju rupiah, menurut Reza, sedikit mengalami pelemahan setelah terimbas penguatan dolar AS merespons pernyataan beberapa petinggi The Fed yang menginginkan melanjutkan kebijakan tapering off. "Laju Rupiah di bawah target resisten Rp 12.000, yaitu Rp 12.095-12.050 (kurs tengah BI)."
FAIZ NASHRILLAH
Terpopuler :
6 Proyek Banjir Ini Bisa Ringankan Kerja Jokowi
Dana Sodetan Banjir Jakarta Rp 500 Miliar
Rupiah Berpeluang Terus Menguat
Pabrik Kedua Honda Telan Rp 3,1 Triliun
Cuaca Ekstrem, Maklumat Pelayaran Dikeluarkan