TEMPO.CO, Surabaya - Sebelum ditemukan mati Jumat kemarin, kijang betina itu dalam kondisi sehat dan normal. Tidak ada tanda-tanda sakit, seperti nafsu makan yang berkurang atau badan yang lemah.
Saat ditanya apakah ada indikasi kijang tersebut mengalami keracunan dari makanan, Direktur Operasional Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS), Liang Kaspe, mengaku tidak tahu. "Kangkung makanannya masih diperiksa," kata Liang, kepada wartawan di KBS, Sabtu, 1 Februari 2014. (Baca juga: Kijang Kebun Binatang Surabaya Mati karena Apa?)
Meski demikian, Liang Kaspe menegaskan bahwa kematian serupa sangat wajar terjadi di seluruh lembaga konservasi. "Tidak ada indikasi mencurigakan," ujarnya.
Kijang berusia enam tahun itu ditemukan pertama kali oleh kepala penjaga sekitar pukul 12.00 kemarin. Kijang tersebut menggelepar mengalami kejang disertai mulut berbusa.
Selama Januari, terdapat empat satwa yang mati di KBS. Pekan pertama, ada dua satwa mati, yaitu gnu Afrika dan singa Afrika. Gnu mati akibat kembung, sedangkan singa Afrika mati dalam kondisi yang tidak wajar.
Kemudian pekan berikutnya kambing gunung ditemukan mati di kandangnya karena berkelahi antar teman sekandangnya. Di akhir bulan ini, giliran kijang betina mati.
Saat ini koleksi kijang di KBS menjadi 20 ekor, terdiri atas lima jantan, lima betina, dan sepuluh belum diketahui jenis kelaminnya.
DEWI SUCI RAHAYU
Berita lain:
Kijang Kebun Binatang Surabaya Mati karena Apa?
Ini Alasan Satwa Ragunan Dapat Libur Senin
Lagi, Kijang KBS Mati
Risma: Pemkot Jangan Cari Untung di KBS
Jokowi Setuju Satwa Ragunan Dapat Hari Libur