TEMPO.CO, Surakarta - Sejak seminggu lalu, warga Surakarta kesulitan mendapatkan elpiji kemasan tiga kilogram. Maryanto, pedagang pengecer elpiji di Kelurahan Gandekan, Kecamatan Jebres, Surakarta, mengatakan jika biasanya dia mendapat kiriman sehari sekali, kini gas datang dua-tiga hari sekali. Jumlahnya pun dikurangi.
"Biasanya dapat jatah 12-18 tabung sekali kiriman, kini berkurang separuhnya," kata Maryanto, Selasa, 11 Februari 2014. Karena kiriman tidak datang tiap hari, stok elpiji di tempatnya pun kerap kosong. Dampaknya, harga elpiji naik menjadi Rp 15.500 per tabung.
Pedagang pengecer di Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasarkliwon, Mursito, menyatakan hal serupa. Sejak akhir Januari dia kesulitan mendapatkan elpiji kemasan tiga kilogram. Kitiman gas melon yang biasanya datang sekali tiap hari menjadi dua kali seminggu dengan jumlah terbatas. "Hanya dijatah sepuluh tabung. Sejam langsung habis," katanya.
Karena kelangkaan pasokan, tidak sedikit warga yang sengaja memberi uang kepada Mursito lebih dahulu agar mendapat jatah. "Banyak pelanggan saya yang kecewa karena kehabisan elpiji," ucapnya. Dia akhirnya membeli dari pemasok seharga Rp 15 ribu per tabung dan menjualnya Rp 16 ribu per tabung.
Pengecer lain, di Desa Gambiran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, juga mengalami hal yang sama. Karena gas langka, harga pun naik. Apalagi harga jual dari pangkalan juga naik.
Salah seorang pengelola pangkalan elpiji kemasan tiga kilogram di Jebres mengatakan akhir-akhir ini permintaan masyarakat meningkat. Setiap kali elpiji dipasok ke pangkalan, dalam waktu setengah jam habis diborong masyarakat. "Sebelumnya, seharian baru habis," kata pengelola pangkalan yang enggan disebutkan namanya ini.
Lantaran permintaan begitu banyak, meski kuota sudah ditambah dari 50 menjadi 80 tabung per hari, elpiji tetap ludes terjual. Dia tidak tahu penyebab meningkatnya permintaan masyarakat. Agar penjualan merata, dia tidak melayani masyarakat yang membeli dengan keranjang. Sebab dia khawatir gas tersebut dijual lagi ke konsumen akhir dengan harga yang lebih mahal. "Kami menjual Rp 14 ribu per tabung. Sasaran kami konsumen akhir," ucapnya.
Sebelumnya, kelangkan gas rumah tangga bersubsidi terjadi di Surakarta akhir tahun lalu. Harga pun sempat melonjak mencapai Rp 17 ribu per kilogram. (Baca: Elpiji 3 Kilogram Langka di Surakarta).
UKKY PRIMARTANTYO
Terpopuler:
Mengapa Bos Sritex Lukminto Masuk Islam?
Dana Haji Diduga Dipakai Beli Mobil Pejabat
Reaksi Anggito Saat Dilapori Korupsi Dana Haji
Kasus Sisca Yofie, Ini Kesaksian Istri Terdakwa
4 Pesepakbola Wanita Iran Ternyata Lelaki