TEMPO.CO , Jakarta - Dalam beberapa hari terakhir, harga saham emiten perbankan mengalami kenaikan cukup signifikan. Meskipun begitu, kondisi tersebut belum tentu menggambarkan prospek saham perbankan ke depan.
Kepala riset PT. Mega Capital Indonesia, Helen Vincentya mengatakan peningkatan harga saham perbankan saat ini, dominan dipengaruhi oleh persepsi pasar atas level BI rate yang tak berubah. Keyakinan tersebut kemudian mendorong pelaku pasar mengantisipasi hal itu, dengan melakukan aksi beli secara massif saham perbankan. Selanjutnya, saat BI rate dipastikan dipertahankan, pelaku pasar pun tak ragu melakukan aksi ambil untung (profit taking). (Baca juga : Moneter Ketat, BI Pertahankan BI rate 7,5 Persen)
“Motif profit taking mendorong saham perbankan naik,” kata dia ketika dihubungi 13 Februari 2014.
Selain itu, kenaikan saham perbankan juga didorong oleh rilis kinerja emiten perbankan yang mengagumkan. Laba emiten perbankan yang tetap bertumbuh, akhirnya membangun harapan datangnya prospek imbal hasil yang menguntungkan. “Bila dibandingkan dengan emiten sektor lain, kinerja laba emiten perbankan memang lebih baik,” Helen menegaskan.
Namun demikian, Helen pesimis prospek emiten perbankan akan lebih baik dari periode sebelum dimulainya kebijakan moneter ketat. Angka BI rate yang relatif tinggi pada level 7,5 persen, diyakini akan menghambat penyaluran kredit perbankan. “Meskipun tetap akan tumbuh, namun jangan terlalu berharap pada emiten perbankan,” pesannya. (Lihat juga : BI Diperkirakan Mempertahankan BI Rate 7,5 Persen)
Dalam hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Kamis, BI rate diputuskan tetap dipertahankan di level 7,5 persen dengan suku bunga lending facility 7,5 persen dan suku bunga deposit facility pada level 5,75 persen. Level BI rate 7,5 persen sudah berlaku empat bulan ini dan merupakan level tertinggi sejak April 2009.
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan, kebijakan ini mempertimbangkan pengetatan moneter dan upaya mengendalikan inflasi 4,5 persen plus minus satu tahun ini. "Ini juga didasari perbaikan kondisi perekonomian global khususnya Jepang dan Amerika Serikat, serta lokal yaitu perbaikan current account defisit," kata Agus, kemarin. (Berita terkait : BI Bakal Pertahankan Suku Bunga)
Keputusan bank sentral mempertahankan BI rate 7,5 persen sesuai dengan perkiraan lima ekonom yang sebelumnya disurvei Tempo. Keputusan itu mempertimbangkan inflasi di bulan Januari dan fluktuasi nilai tukar rupiah.
MEGEL JEKSON | FAIZ NASHRILLAH
Terpopuler :
Mengapa Lukminto Sritex Garap Seragam Tentara?
Demi Foxconn, Jokowi Reklamasi Pantai Cilincing
Seragam Bikin Bos Sritex Lukminto Gaul dengan Jenderal
Inggris dan Amerika Banjir Akibat Indonesia