TEMPO.CO, Jakarta - PT Tempo Inti Media Tbk (TMPO) menganggarkan belanja modal tahun ini sebesar Rp 150 miliar. Angka itu melonjak 58 persen dibanding belanja modal tahun lalu, Rp 95 miliar. Direktur Keuangan dan Pemasaran Tempo Media Herry Hernawan mengatakan dari angka itu, Rp 70 miliar akan digunakan untuk menyelesaikan pembangunan gedung. “Sisanya akan digunakan untuk mengganti mesin percetakan,” ujarnya, Selasa, 15 April 2014. (Baca:Bangun Gedung Baru, Tempo Investasi Rp 100 M)
Sumber dana belanja modal itu 65 persen dari pinjaman bank dan 35 persen dari kas internal. Herry mengatakan perseroan menargetkan pembangunan gedung akan rampung pada Oktober mendatang. Pembangunan gedung akan berimbas pada kenaikan beban biaya. Namun, untuk saat ini pembangunan gedung tersebut masih masuk pos investasi karena belum terdapat depresiasi. “Saat selesai dibangun baru akan muncul depresiasi,” katanya. (Baca:Gedung Baru Tempo Siap Beroperasi Akhir 2014)
Herry yakin tahun ini perseroan bisa membukukan pertumbuhan pendapatan 10 persen dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yang sebesar Rp 262,16 miliar. Angka pendapatan tahun lalu sedikit menurun dibanding pada 2012 sebesar Rp 263,15 miliar. Laba bersih turun dari Rp 29,64 miliar pada 2012 menjadi Rp 7,36 miliar pada 2013.
Direktur Utama Tempo Media Bambang Harymurti mengatakan tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan laba bersih 100 persen menjadi sekitar Rp 14,4 miliar. Target tersebut akan ditopang oleh proyeksi kenaikan pendapatan iklan seiring dengan penyelenggaraan pemilihan umum dan pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil. “Kami targetkan pendapatan iklan bisa naik 20 persen tahun ini,” katanya.
Menurut Bambang, pertumbuhan iklan di situs berita tempo.co, portal berita milik perseroan, meningkat hingga 35 persen. Tempo Media membawahkan divisi usaha majalah Tempo, Koran Tempo, percetakan, penyelenggara acara, kertas, dan lainnya. Tahun lalu pendapatan iklan majalah Tempo Rp 86,52 miliar dan Koran Tempo Rp 52,96 miliar.
Bambang menjelaskan, tahun lalu perseroan mencatatkan penurunan pendapatan iklan Rp 37 miliar. Selain karena perlambatan ekonomi nasional, penurunan iklan juga akibat pemberitaan Tempo yang kerap mengangkat materi investigasi. Pemberitaan itu mengakibatkan para pengiklan menunda kontrak mereka untuk beriklan dengan perseroan.
"Dari pelemahan ekonomi saja iklan kami turun Rp 20 miliar dan dari pemberitaan investigasi Rp 17 miliar. Tapi ini kan masalah independensi,” ujarnya. Dia mengatakan gedung baru diperkirakan mampu meningkatkan efisiensi 15 persen. “Kalau kantor jadi satu, kerjanya lebih gampang,” kata dia.
FAIZ NASHRILLAH
Terpopuler
Dilaporkan sebagai Penipu, Ligwina Belum Tahu
Cerita Investasi Ferdi Hasan Hingga Rugi Rp 12 M
Februari, Ligwina Juga Dituding Lakukan Penipuan
Soal Century, Ini Jawaban Sri Mulyani di Pansus