TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri mengatakan defisit anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014 akan melebihi 2 persen. Adapun surplus anggaran pada kuartal pertama tahun ini yang mencapai Rp 2,2 triliun bukan disebabkan obligasi negara yang sudah diterbitkan tidak terpakai.
"Akan terpakai nanti. Percaya sama saya, nanti defisitnya akan naik mendekati 2,5 persen," kata Chatib di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 16 Mei 2014.
Menurut Chatib, pelebaran defisit anggaran tidak bisa dihindari karena terjadinya perlambatan ekonomi yang menyebabkan penerimaan negara anjlok. Dia menegaskan akan tetap melakukan upaya ekstra untuk menggenjot pajak supaya defisit tidak melebih 2,5 persen dari produk domestik bruto. "Saya juga katakan bahwa akan ada pemangkasan anggaran pemerintah supaya fiskalnya aman. Itu tidak bisa terhindarkan," ujarnya.
Namun Chatib tetap tak mau merinci berapa persen anggaran belanja kementerian dan lembaga yang akan dipotong. Menurut dia, pemotongan akan dilakukan untuk beberapa pos anggaran, seperti belanja perjalanan dinas dan seminar. Pemotongan akan ditentukan kementerian dan lembaga masing-masing. (Baca: Target Penerimaan Pajak 2014 Sulit Tercapai )
"Tidak dipukul rata. Saya akan bilang, kalau harus ada pemotongan belanja signifikan, jumlahnya segini. Nanti mereka (kementerian/lembaga) yang paling tahu mana yang bisa dipotong," ujarnya.
Pemerintah akan mengajukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014 ke Dewan Perwakilan Rakyat pada 20 Mei 2014. Perubahan dilakukan terkait dengan asumsi makro ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, dan lifting minyak yang diprediksi tidak mencapai target.
Pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 6 persen diproyeksikan hanya mencapai 5,5 persen. Sedangkan lifting minyak yang ditargetkan mencapai 870 ribu barel per hari diperkirakan hanya mencapai 818 ribu barel per hari. Dengan demikian, defisit anggaran yang diperkirakan Rp 175,4 triliun atau 1,69 persen terhadap PDB akan melebar. Adapun mengenai nilai tukar rupiah, Chatib tak mau menjawab. "Nanti saja lihat di DPR," ujarnya. (Baca: APBN-P Mulai Dibahas Pekan Depan )
ANGGA SUKMA WIJAYA
Berita terpopuler:
KAI: Pemudik Belum Terbiasa Beli Tiket Online
Mundur di 'Injury Time', Hatta Beri Preseden Buruk
Tiket Kereta Mudik Ludes, Calon Penumpang Meradang